SAMARINDA: Prevalensi stunting (bayi dengan ukuran tubuh pendek akibat kurang gizi) di Kota Samarinda berdasarkan hasil survei status gizi pada akhir 2022 naik menjadi 25,3 persen. Naik 4,3 persen dari sebelumnya di angka 21 persen.
Hal ini dikatakan Wakil Wali Kota Samarinda Rusmadi kepada awak media usai mengikuti rapat dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Samarinda, Selasa (4/4/2023) sore.
“Berdasarkan laporan hasil survei status gizi, angka stunting Kota Samarinda dari 21 persen naik menjadi 25 persen. Ini sudah menjadi komitmen kami bersama IDI untuk menuntaskan bersama kasus stunting,” tuturnya.
Meski berdasarkan Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) kasus stunting Kota Samarinda mengalami peningkatan, namun kondisi riil di lapangan malah sebaliknya. Dimana berdasarkan hasil pencatatan dan pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM) justru angka stunting mengalami penurunan dari 10, 9 persen menjadi 9,8 persen.
Namun Pemerintah Kota Samarinda tetap bersepakat mengikuti hasil survei SSGI. Dimana dengan peningkatan tersebut menjadi PR bagi pemerintah daerah mencapai target nasional 14 persen stunting di 2024 mendatang.
Adapun langkah pencegahan stunting yang terus digalakkan Pemerintah Kota Samarinda adalah melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang pola asuh, serta sosialisasi dampak dari pernikahan dini.
Selain itu, memberikan asupan makan bergizi dan memastikan jika asupan tersebut diterima anak secara baik.
“Kita memberikan bantuan gizi kepada anak-anak dan memastikan asupan ini sampai ke mulut anak karena umumnya stunting terjadi akibat gizi yang diterima anak-anak belum sesuai,” tandasnya.