JAKARTA : Seperti kata pepatah “sedia payung sebelum hujan”, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) meminta masyarakat untuk terus memantau prakiraan cuaca melalui aplikasi InfoBMKG yang selalu diperbarui secara berkala.
Hal tersebut penting sebagai langkah antisipatif terhadap potensi cuaca ekstrem yang melanda di sejumlah wilayah Indonesia.
“Peringatan dini cuaca akan disampaikan sepekan dan diulang tiga hari sebelum kejadian, bahkan hingga tiga jam sebelum kejadian cuaca ekstrem,” ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati di Jakarta, Rabu (4/12/2024).
Ia menjelaskan, cuaca ekstrem berpotensi mengganggu kelancaran arus transportasi seluruh moda. Terlebih, saat ini telah memasuki periode Natal dan Tahun Baru (Nataru).
Berdasarkan survei Kementerian Perhubungan, diprediksi akan ada 110,67 juta orang yang akan melakukan perjalanan musim libur Nataru 2024/2025.
“Mayoritas pelaku perjalanan menggunakan kendaraan pribadi berupa mobil dan motor sehingga sangat rentan menghadapi cuaca ekstrem dalam perjalanannya,” tuturnya.
Ia mengungkapkan, cuaca ekstrem diperkirakan berpotensi terjadi hingga Maret-April 2025 yang dipengaruhi oleh fenomena La Nina lemah yang dapat meningkatkan curah hujan sebesar 20 persen.
Selain itu, dinamika atmosfer seperti Madden-Julian Oscillation (MJO) dan potensi Cold Surge (seruakan udara dingin) yang bergerak dari daratan Asia (Siberia) menuju wilayah barat Indonesia juga diproyeksikan aktif selama periode Nataru.
Ia mengaku, kedua fenomena ini memiliki potensi untuk meningkatkan intensitas dan volume curah hujan di berbagai wilayah Indonesia meskipun skala dan dampaknya masih memerlukan pemantauan lebih lanjut.
BMKG pun terus memantau kondisi ini secara cermat dan menyampaikan informasi terkini untuk mendukung langkah antisipatif serta mengurangi risiko di lapangan.
“Update informasi cuaca berkala diperlukan sebagai bentuk preventif guna mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan selama perjalanan keluar kota maupun saat mengunjungi berbagai destinasi wisata. Di musim penghujan seperti sekarang ini sangat rawan terjadi bencana hidrometeorologi,” jelasnya.
Dwikorita menambahkan, dalam aplikasi besutan BMKG tersedia fitur “Digital Weather for Traffic (DWT)”.
Layanan tersebut dapat digunakan pelaku perjalanan untuk mengecek informasi cuaca di jalur mudik.
“Pengguna dapat mengakses informasi peringatan dini, cuaca jalur darat, cuaca rute perjalanan, cuaca bandar udara, cuaca pelabuhan, cuaca penyeberangan hingga informasi penerbangan dan gelombang,” paparnya.
Deputi Meteorologi BMKG Guswanto menyampaikan, dalam sepekan ke depan, sejumlah fenomena atmosfer diprediksi akan memengaruhi pola cuaca di Indonesia, meningkatkan potensi hujan lebat, terutama karena beberapa wilayah tengah memasuki masa puncak musim hujan.
Sirkulasi siklonik yang terdeteksi di Laut Natuna, di Samudra Hindia barat daya Banten, di Perairan Barat Aceh dan di Laut Arafuru turut memperkuat kondisi ini dengan memicu peningkatan pengangkatan massa udara yang mempermudah terbentuknya awan hujan dengan intensitas tinggi di wilayah sekitarnya.
Tak hanya itu, kombinasi aktif Madden-Julian Oscillation (MJO), gelombang Rossby, gelombang Kelvin serta konvektif lokal di wilayah barat, selatan dan tengah Indonesia juga memperkuat dinamika atmosfer yang mendukung terjadinya hujan lebat di berbagai daerah.
“Seiring dengan periode puncak musim hujan, beberapa wilayah Indonesia seperti Sumatra, Jawa, Kalimantan hingga Sulawesi memiliki risiko lebih besar terhadap curah hujan tinggi yang dapat menyebabkan banjir, genangan air atau tanah longsor di daerah rawan,” terangnya.
Ia mengingatkan, hal lain yang juga perlu diperhatikan ialah potensi hujan lebat yang terjadi di daerah-daerah aliran sungai di sekitar gunung berapi yang saat ini sedang aktif karena potensi banjir lahar hujan yang dapat ditimbulkan.
“Waspada terhadap potensi risiko bencana hidrometeorologi. Pantau terus informasi cuaca dan sebisa mungkin menghindari aktivitas di wilayah rawan bencana,” pungkasnya.(*)