Samarinda – Seperti tidak lagi dipungkiri hadirnya sebuah stigma sosial yang timbul dalam pikiran seseorang saat mengetahui siapa pelaku yang melakukan tindak kejahatan maupun pelanggaran terhadap hukum itu masuk ke dalam sel tahanan (penjara).
Akibat perbuatan yang tidak bisa diterima oleh sebagian masyarakat ini menyudutkan serta mengabaikan seseorang terpidana ataupun mantan narapidana ketika keluar sel.
Guna melihat perkembangan para terpidana yang sedang dalam masa tahanan, awak media pun mengunjungi salah satu Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) di Kota Samarinda, tepatnya Lapas Kelas IIA Jalan Jenderal Sudirman, Rabu (7/7/2021).
Dituntun langsung oleh petugas penjaga ke ruang Kepala Lapas (Kalapas), terlihat ada banyak tahanan yang sedang aktif melakukan hiburan menyehatkan yaitu olahraga voli.
Lapas selalu mencoba mencetak orang-orang produktif setiap harinya, tentunya dengan berbagai macam penyuluhan yang diberikan seperti pelatihan menjahit, pelajaran barber shop (potong rambut) dan lainnya.
“Bukan tanpa sebab berbagai kegiatan ini dilakukan, namun untuk memberikan pemahaman kepada warga binaan bahwa kelak mereka bisa berguna di masyarakat dengan pelatihan yang sudah diberikan pihak Lapas,” ungkap Kalapas Kelas IIA Samarinda Moh Ilham Agung Setyawan.
Agung mengatakan bahwa program pembinaan di Lapas ataupun Rutan itu bisa sukses ketika tiga unsur saling mendukung yaitu petugas, warga binaan itu sendiri dan lingkungan masyarakatnya.
“Minimal untuk dia dan keluarganya, terlebih lingkungan masyarakat sekitarnya. Jadi pesan saya sekali lagi jangan menstigma narapidana itu tidak bisa berbuat baik. Manusia itu punya perasaan dan saya yakin semua orang ingin menjadi lebih baik lagi,” kata Agung.
Ditambahkannya jika warga binaan selalu diberdayakan agar menjadi seseorang yang lebih produktif. Tidak hanya pelatihan yang diberikan, tetapi pelbagai macam kegiatan olahraga bisa dilakukan warga binaan di dalam Lapas.
“Kita berdayakan supaya mereka bisa hidup mandiri ketika bebas dan tidak membiarkan mereka begitu saja, tetapi selalu memberikan pembenahan. Namanya manusia itu pasti punya keinginan jadi lebih baik lagi, tinggal bagaimana kita menerima dan mendukung mereka ketika sudah dibebaskan,” pangkas Moh Ilham Agung Setyawan.