SURABAYA: Siapa yang tak kenal dengan Kota Surabaya, Jawa Timur, kota yang menyimpan banyak sejarah perjuangan kepahlawanan.
Pekan lalu, wartawan MSI Group berkesempatan mengunjungi Kota Surabaya dan memilih Balai Pemuda atau sekarang lebih dikenal dengan Alun-Alun Surabaya sebagai destinasi wisata sejarah.
“Setiap hari ratusan hingga ribuan pengunjung datang ke sini. Baik untuk belajar menambah pengetahuan atau berswafoto,” kata Tika, staf petugas Balai Pemuda.
Gedung yang berlokasi di Jalan Gubernur Suryo, Embong Kaliasin, Kecamatan Genteng, Surabaya ini dibangun di masa kolonial Belanda pada tahun 1907 dengan arsitek bernama Westmaes.
Pada masanya, gedung ini disebut dengan Simpangsche Societeit yang digunakan sebagai tempat berkumpulnya kaum bangsawan Belanda maupun orang-orang ekspatriat dengan berbagai fasilitas seperti balai pertemuan, gedung teater, tempat berdansa, restoran, tempat olahraga billiard, bowling hingga bar.
Sementara di malam hari, suasana di tempat ini tampak lebih semarak dengan permainan lampu-lampu yang digunakan untuk berpesta ria.
Saat ini, Balai Pemuda yang berada dalam pengelolaan Pemerintah Kota Surabaya juga dimanfaatkan sebagai perpustakaan, rumah bahasa, pusat informasi wisatawan, teater budaya, museum dan Gedung Merah Putih.
“Barang-barang peninggalan Belanda ada kita pamerkan di bawah, di Alun-Alun Basement. Tapi kalau hari Senin kami tutup,” ungkap Tika.
Tika mengaku, pengunjung tak hanya penduduk lokal dan wisatawan domestik, tetapi juga banyak wisatawan asing. Selain itu, di sana juga terdapat kafe dan masjid untuk umat muslim menunaikan salat.
Pada zaman dulu, kawasan ini sangat eksklusif. Tidak semua orang bisa masuk ke dalam gedung ini, hanya kelompok terbatas. Kaum pribumi tidak diperbolehkan ikut berpesta.
Seperti yang tertulis pada papan pengumuman yang berada di halaman gedung, yaitu Verboden voor Inlander yang artinya Pribumi Dilarang Masuk.
Pribumi yang ada di dalam gedung tersebut hanya para pembantu atau pelayan.
Sampai sekarang, struktur bangunan gedung masih terjaga dengan baik dan digunakan sebagai tempat aktivitas masyarakat Kota Surabaya.
Beberapa kegiatan yang digelar saat ini antara lain kegiatan seni, pusat bahasa, perpustakaan, tempat diskusi dan lain-lain.
Berdasarkan SK Walikota Nomor 188.45/251/402.1.04/1996 Tanggal 26 September 1996 Nomor Urut 18, Pemerintah Kota Surabaya menetapkan Gedung Balai Pemuda sebagai gedung cagar budaya sehingga para pengunjung tak dikenakan biaya alias gratis.
“Lumayan, bisa belajar sejarah dan tempatnya nyaman dan bersih. Bagus juga untuk foto-foto,” ujar Rasya Ananda Arif Tasya, pelancong dari Samarinda.
Destinasi wisata sejarah yang tak kalah menarik untuk dikunjungi di Surabaya antara lain, Tugu Pahlawan, Jembatan Merah, Hotel Yamato, Rumah Sakit Darmo dan masih banyak lagi yang lain. Selamat berlibur. (*)