SAMARINDA: Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Kalimantan Timur (Kaltim) Heni Purwaningsih mengatakan mahalnya harga beras disebabkan harga pasokan dari luar yang juga meningkat.
“Karena pasokan dari luar, makanya harga beras mahal. Kalau stok ada, cukup,” kata Heni.
Hal itu ia katakan pada acara jumpa pers yang digelar Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Provinsi Kaltim di Kantor Diskominfo Kaltim Jalan Basuki Rahmat Samarinda, Jumat (22/3/2024).
Sebagaimana diketahui, Kaltim memang belum mandiri pangan. Kaltim masih mengandalkan pasokan bahan pokok dari luar daerah.
Ia pun menjelaskan, harga gabah kering panen mengalami kenaikan karena kondisi iklim yang belum sepenuhnya keluar dari El Nino sehingga curah hujan belum normal.
“Jadi beberapa daerah pemasok, harga gabah kering di tingkat petani mengalami kenaikan karena panennya mundur,” ucapnya.
Selain itu, tingginya harga pupuk juga menjadi penyebab mahalnya harga beras. Belum lagi pada saat gagal panen mereka harus memulai dari awal dan memerlukan biaya lagi.
“Sehingga biaya produksinya dua kali lipat. Itulah yang menyebabkan harga gabah kering mengalami kenaikan. Belum lagi diolahnya, produksinya,” terangnya.
Ia menegaskan, ketahanan pangan dan kemandirian pangan adalah hal yang berbeda dimana kemandirian pangan adalah bagaimana suatu daerah menyediakan pangan lokal.
Sementara ketahanan pangan bagaimana suatu daerah menyediakan pangan.
“Masyarakat Kaltim harus makan. Apakah harus tunggu kita panen dulu? Nanti imbasnya inflasi,” ujarnya.
Ia menambahkan, salah satu upaya pengendalian inflasi ialah melalui early warning system (EWS) dengan monitoring harga harian yang akan dianalisa oleh tim EWS Bank Indonesia.
“Jadi sebelum nilai inflasi keluar kita sudah tahu, ini loh komoditi yang harus dijaga sehingga ada upaya dengan stakeholder untuk menyediakan komoditi tersebut,” pungkasnya.(*)