SAMARINDA: Sekretaris Daerah (Sekda) Kalimantan Timur (Kaltim), Sri Wahyuni, mengatakan rilis data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kaltim menjadi sumber informasi dan penentu kebijakan yang akan ditentukan Pemerintah Daerah, terutama Pemprov Kaltim.
Yuni, sapaan akrabnya mencontohkan, data turunnya produksi padi. Penyebabnya, faktor cuaca yang berpengaruh terhadap produksi dan pasokan beberapa komoditas.
Begitu pun dampak musim kemarau panjang tahun 2023 yang menyebabkan masa panen mengalami kemunduran.
“Sehingga, penurunan pasokan ini pun menjadi tantangan bagi Pemerintah Daerah untuk meningkatkan produksi padi para petani,” kata Sekda.
Hal itu ia katakan saat mengikuti Rilis Data BPS Kaltim yang dipimpin langsung Kepala BPS Kaltim Yusniar Juliana via daring dari Rumah Jabatan Sekda Provinsi Kaltim, Jalan M Yamin Samarinda, Jumat (1/3/2024).
Ia menegaskan, apa yang disampaikan BPS dapat menjadi sumber informasi bagi pemerintah kabupaten dan kota maupun Pemprov Kaltim untuk dapat menyusun kembali rencana strategis dan langkah-langkah strategis membangun daerah.
Mantan Kepala Dinas Pariwisata Kaltim itu mengungkapkan, Pemerintah Daerah akan melakukan sikap terhadap turunnya pasokan dengan memediasi pengembangan pertanian padi.
Ia menambahkan, negara Asean masih mendominasi sebagai negara pendukung impor dan ekspor Kaltim. Ia berharap, ketika pertemuan BIMP-EAGA yang akan diikuti Pemprov Kaltim dapat mendorong peserta Asean mendukung impor dan ekspor Kaltim.
“Di BIMP-EAGA ada Brunei Darussalam, Malaysia dan Filipina. Diharapkan negara-negara itu mendukung impor dan ekspor di Kaltim dan saya akan berjuang untuk itu,” pungkasnya.
Kepala BPS Kaltim Yusniar Juliana menyebut, inflasi tertinggi terjadi di Kabupaten Berau yakni sebesar 4,14 persen dengan IHK sebesar 106,32 dan terendah terjadi di Kota Samarinda sekitar 3,04 persen dengan IHK sebesar 105,51.
Sebagai informasi, inflasi v-on-v teriadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya sebagian besar indeks kelompok pengeluaran mulai pakaian, perumahan, kesehatan, transportasi, informasi, jasa, rekreasi, olahraga, pendidikan, makanan dan perawatan diri.
Pada tahun 2023, produksi beras mengalami penurunan sebesar 5,20 persen menjadi 132,02 ribu ton.(*)