SAMARINDA : Hasil rapat Ketersediaan Bahan Pokok dan Persiapan Arus Mudik dan Idulfitri 2023 yang dipimpin Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Negara, di antaranya menugaskan Badan Pangan Nasional (Bapanas), Perum Bulog untuk pengadaan cadangan beras pemerintah (CBP) dari luar negeri sebanyak dua juta ton, hingga akhir Desember 2023. Bahkan, pengadaan 500 ribu ton pertama, segera sirealisasikan.
Menanggapi impor beras tersebut, Anggota DPRD Kaltim Harun Ar Rasyid mengingatkan jangan sampai penugasan tersebut mempengaruhi harga beras petani Indonesia. Mengingat petani baru saja memasuki panen raya, tapi harga beras dan gabah masih belum bagus.
“Harusnya Bulog dan pemerintah berpihak kepada petani Indonesia, bukan petani asing,”ujarnya.
Harun, kepada MSI Group melalui aplikasi WhatsApp, Minggu (9/4/2023) mengatakan, seharusnya pemerintah punya solusi dalam mengatasi harga beras dalam negeri bukan langsung impor. Maksudnya, Indonesia kaya akan tanah pertanian dan lautnya. Semestinya Indonesia jadi negara agraris dan maritim.
“Ini harusnya jadi prioritas pembangunan, yang menciptakan swasembada pangan,” ungkap Harun.
Dikatakan, kerangka sampel area Badan Pusat Statistik (BPS) mengestimasi produksi beras pada Januari-April 2023 akan terjadi surplus beras pada Februari sekitar 320 ribu ton, pada Maret 2,84 juta ton, dan pada April 1,26 juta ton.
Harun menyampaikan, jika mengutip laman resmi Bulog, saat ini realisasi SPHP oleh Bulog sudah mencapai 543.472 ton. Sedangkan, realisasi pengadaan baru 48.513 ton. Hal itu menjadi angka yang sangat minim mengingat saat ini masih musim panen raya. Penyerapan Bulog baru 48.513 ton dari perkiraan panen nasional 2023. Sedangkan, pada Januari 2023 defisit 1,2 juta ton. Menurutnya, konsumsi beras nasional secara bulanan diproyeksi bisa mencapai 2,54 juta ton. Artinya, sepanjang Januari-April 2023 diprediksi akan ada surplus 3,22 juta ton beras.
“Faktanya setiap tahun pemerintah impor beras. Karena impor ini, petani kita tidak terlindungi. Harga panen petani dalam negeri rendah. Posisi petani semakin lemah. Petani frustrasi dan semakin malas berproduksi,” terangnya