
KUKAR : Embung Maluhu di Kelurahan Maluhu, Kecamatan Tenggarong, kini tampil dengan wajah baru setelah melalui rehabilitasi total yang didanai oleh Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara (Pemkab Kukar).
Dengan anggaran mencapai Rp3 miliar dari Dinas Pekerjaan Umum (PU), embung seluas 8 hektare ini kini tidak hanya berfungsi sebagai sumber irigasi bagi sawah warga, tetapi juga berperan dalam pengendalian banjir serta pengembangan sektor perikanan dan pariwisata.
Lurah Maluhu, Tri Joko Kuncoro, mengapresiasi dukungan Pemkab Kukar dalam mewujudkan pembangunan ini.
“Alhamdulillah, melalui program dari Pemkab Kukar tahun lalu, kami mendapat anggaran untuk rehabilitasi total dan renovasi embung ini. Sekarang manfaatnya semakin luas bagi masyarakat,” ujar Joko, Rabu, 26 Februari 2025.
Embung Maluhu yang dulunya hanya berfungsi sebagai sumber air bagi petani kini memiliki potensi lebih besar. Selain mengairi lahan pertanian, embung ini juga membantu mengurangi risiko banjir di wilayah sekitarnya.
Di sektor perikanan, pemerintah telah menyebarkan berbagai jenis bibit ikan, seperti nila, emas, baung, lele, dan patin. Saat ini, masyarakat masih bisa memancing secara gratis di Embung Maluhu. Namun, dalam waktu dekat, sistem pengelolaan akan diterapkan dengan mekanisme penimbangan hasil tangkapan.
“Kami akan mengenakan biaya, dan hasil tangkapan nanti akan ditimbang. Namun, untuk sementara ini, masyarakat masih bebas memancing,” jelas Joko.
Lebih dari itu, Kelurahan Maluhu juga tengah menyiapkan embung ini sebagai destinasi wisata baru di Tenggarong. Targetnya, pengembangan kawasan wisata ini akan selesai tahun ini dan dapat segera dinikmati oleh masyarakat umum.
“Kami ingin Embung Maluhu menjadi salah satu daya tarik wisata lokal. Target kami, destinasi wisata ini akan selesai tahun ini,” tambahnya.
Setelah pembangunan selesai tahun lalu, pemerintah Kelurahan Maluhu menggelar Festival Embung Maluhu untuk memperkenalkan Embung Maluhu kepada masyarakat luas. Festival perdana ini diisi dengan berbagai kegiatan, mulai dari lomba memancing pada pagi hari, senam bersama di sore hari, hingga pagelaran seni tradisional jaranan pada malam hari.