SAMARINDA: Wakil Ketua Komisi X DPR RI Hetifah Sjaifudian menyoroti peran penting guru bimbingan dan konseling (BK) serta orang tua atasi tiga dosa besar di dunia pendidikan indonesia yaitu perundungan, kekerasan seksual, dan intoleransi yang merajalela.
Hal tersebut ia sampaikan saat menjadi narasumber dalam seminar nasional yang mengusung tema “Peran Pendidik dalam Menghadapi Isu Tiga Dosa Besar Pendidikan”.
Hetifah mengungkapkan bahwa perundungan sering kali dipicu oleh bebasnya anak-anak mengakses platform dengan konten kekerasan.
Lingkungan tumbuh-kembang anak yang menunjukkan gerak-gerik mengarah juga turut berkontribusi terhadap tindak perundungan.
Hetifah juga menekankan bahwa penanganan yang tepat diperlukan, karena maraknya perundungan dapat berdampak besar pada psikis anak.
“Marak kejadian perundungan akan berdampak sangat besar pada psikis anak. Kalau tidak diatasi dengan benar bisa menetap dan menjadi kebiasaan oleh anak,” ungkap Hetifah di Ballroom Hotel Horison Samarinda, Selasa (16/1/2024).
Dalam konteks kekerasan seksual, Hetifah membeberkan data Asesmen Nasional oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) RI tahun 2023.
Data tersebut menunjukkan bahwa setiap satu dari tiga anak mengalami kekerasan seksual, dengan 31,8 persen disebabkan oleh orang-orang terpercaya di lingkup pendidikan, terutama guru dan pemilik pondok pesantren.
“Yang menyedihkan terduga pelaku 31,8 persen adalah guru atau pemilik, pemimpin ponpes. Dan Kepsek juga termasuk, sebanyak 13 persen. Kekerasan ini dengan dalih bermacam-macam,” katanya.
Dosa besar selanjutnya, intoleransi seringkali dianggap remeh, terutama di kalangan anak-anak usia sekolah.
Menanggapi hal ini, Hetifah menegaskan peran penting guru BK sebagai bagian dari tenaga pendidik dalam memberikan pemahaman terhadap ketiga dosa besar tersebut.
“Di sini peran pentingnya guru BK. Kita saat ini kekurangan guru BK, bagaimana bisa menyelesaikan ini jika ada peran yang kosong di dalamnya?,” kata Hetifah.
Hetifah juga mengingatkan bahwa orang tua memiliki peran sebagai madrasah pertama bagi anak-anak.
Ia mendorong orang tua untuk terus belajar agar dapat memahami perkembangan anak di rumah dan di sekolah.
Menanamkan akhlak dan adab yang baik, memberikan edukasi seksual, dan mengajarkan tentang keberagaman sebagai keunikan hidup menjadi tugas penting orang tua.
“Saya tahu betapa sulitnya menjadi orang tua. Tapi di situlah letak tanggung jawabnya untuk terus belajar,” pungkasnya (*)