SAMARINDA: Hujan deras yang mengguyur Kota Samarinda sejak pukul 04.00 hingga 11.00 WITA pada Senin, 12 Mei 2025 menyebabkan sejumlah wilayah terdampak bencana alam, termasuk banjir dan tanah longsor.
Salah satu lokasi yang terdampak adalah lereng inlet Tunnel (terowongan) Samarinda di Jalan Sultan Alimuddin, di mana terjadi pergerakan tanah berupa runtuhan lereng pada sisi kanan portal terowongan sekitar pukul 09.17 WITA.
Meskipun terjadi pergerakan tanah, pihak pengelola proyek memastikan bahwa kondisi terowongan secara keseluruhan tetap aman.
“Kejadian tersebut dipicu oleh dua faktor utama, yaitu intensitas curah hujan yang sangat tinggi dan keberadaan talus deposi material longsoran lama yang berada di atas lereng sisi kanan inlet,” ucap Tim teknis proyek berdasarkan press release dari Pemerintah Kota Samarinda.
Diketahui, sebelumnya telah terjadi runtuhan pada sisi kiri inlet pada 20 Februari 2025.
Saat itu, penanganan dilakukan dengan metode kombinasi shotcrete dan rockbolt.
Sejak kejadian tersebut, investigasi geologi dilakukan bersama LAPI Geologi untuk mengidentifikasi potensi kerawanan di sekitar lokasi proyek.
Hasil investigasi menunjukkan adanya sebaran talus deposit di luar area proyek (Right of Way/ROW) yang rawan terhadap pergerakan tanah, terutama saat musim hujan.
Runtuhan pada 12 Mei 2025 terjadi pada pukul 09.17 WITA.
Berdasarkan pengukuran lapangan, estimasi luas area terdampak mencapai 210 meter persegi dengan volume material longsoran sekitar 150 meter kubik.
Kejadian ini berlangsung setelah hujan deras disertai angin kencang dan petir terjadi sejak dini hari.
Sehari sebelumnya, hasil monitoring lereng tidak menunjukkan adanya pergerakan tanah yang mencurigakan.
Hal ini memperkuat dugaan bahwa curah hujan ekstrem menjadi faktor pemicu utama.
Sebagai respons cepat, tim proyek segera menerapkan prosedur darurat dengan menutup area terdampak menggunakan terpal (SWA) untuk menstabilkan lereng dan mencegah longsor susulan.
Setelah kondisi dinyatakan cukup aman, dilakukan pembersihan material runtuhan, termasuk pembongkaran shotcrete lama yang menggantung dan tidak lagi berfungsi.
Langkah selanjutnya adalah penguatan lereng melalui pelapisan ulang menggunakan shotcrete dua lapis masing-masing setebal ±5 cm, disertai pemasangan wiremesh dan rockbolt guna memastikan kekuatan struktur tebing.
Saat ini, pihak pengelola proyek bersama Balai Geoteknik, Terowongan, dan Struktur (BGTS) tengah menyusun desain teknis penanganan lereng secara permanen.
Rencana ini diharapkan menjadi solusi jangka panjang untuk mengatasi potensi risiko geologi di sekitar area tunnel, sekaligus menjamin keberlanjutan fungsi terowongan sebagai bagian penting dari infrastruktur Kota Samarinda