Samarinda – Tidak jarang orang yang belum pernah melihat langsung kondisi Rumah Tahanan (Rutan) atau Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) secara langsung memberikan stigma buruk. Mulai dari pemikiran bahwa Rutan/Lapas yang jorok, tak terawat ataupun Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) yang kucel atau tidak pernah mandi.
Narasi.co pun berinisiatif datang menemui Kepala Lapas Kelas IIA Samarinda Moh Ilham Agung Setyawan guna memastikan benar tidaknya stigma atau pandangan tersebut.
Moh Ilham membantah semua anggapan minor itu. Dikatakannya bila kebersihan di Lapas/Rutan merupakan hal yang biasa.
“Malahan kalau Lapas atau Rutan kotor itu yang perlu dipertanyakan. Bener gak tuh petugas dan Kalapasnya,” tegas Ilham kepada awak media, Kamis (29/7/2021).
WBP di sini dibina, mereka juga memiliki jadwal untuk membersihkan ruangan yang mereka sendiri tempati. Dari menyapu hingga mengepel lantai.
Kalapas IIA juga menuturkan kadang juga ada yang beranggapan bahwa WBP mendapat perlakuan kasar dari petugas.
“Petugas di sini tidak ada yang boleh melakukan tindakan di luar kendali. Kalau ada yang ketahuan, langsung dimasukan ke dalam tahanan,” tegasnya.
Apalagi saat ini hukum perundang undangan yang mengatur tingkah laku seorang telah lengkap. Sehingga tidak ada lagi yang berani berbuat semena-mena.
“Jangankan perlakuan kasar secara langsung, ancaman melalui media elektronik saja sudah ada Undang-Undang ITE yang mengatur,” papar Ilham.
Para petugas Lapas IIA Samarinda juga tidak boleh menyuruh WBP semaunya. Kalau ada puntung rokok jatuh, itu bukan WBP yang bersihkan tetapi petugasnya yang pungut.
Menurutnya, dengan contoh kecil seperti ini menumbuhkan kesadaran agar petugas dapat membina WBP untuk tidak membuang sampah sembarangan.
Lebih jauh, Ilham mengakui para WBP di Lapas IIA Samarinda justru lebih frendly (akrab) bersama para petugas lainnya.
Ilham juga mengatakan WBP Lapas IIA Samarinda bisa dikatakan orang-orang produktif.
“Di sini disediakan perpustakaan. Pagi-pagi sudah ada yang membaca buku. Kami juga menjadwalkan kegiatan menyehatkan seperti futsal atau voli. Bahkan mereka juga ada yang diberikan pelatihan potong rambut hingga di Balai Latihan Kerja (BLK),”bebernya
“Nantinya kalau sudah bebas, mereka memiliki kemampuan untuk bekerja atau diterima oleh masyarakat,” tutup Moh Ilham Agung Setyawan.