SAMARINDA: Dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Samarinda, Kalimantan Timur (Kaltim), Asli Nuryadin, mengubah paradigma mengenai definisi sekolah unggulan.
Menurutnya, keunggulan sebuah sekolah bukan hanya tercermin dari megahnya bangunan atau penggunaan bahasa Inggris di dalamnya.
Sebaliknya, Asli menyoroti tiga aspek utama yang membuat sebuah sekolah dijuluki sebagai sekolah unggulan.
Lebih dari sekadar tempat belajar membaca dan menulis, sekolah harus berperan aktif dalam membentuk kepribadian generasi muda untuk menjadi penerus bangsa yang berkualitas.
“Bagaimana sekolah itu mampu mengubah perilaku anak dari yang belum baik menjadi baik, dan yang sudah baik menjadi lebih baik,” ujar Asli.
Kedua, lingkungan sekolah itu mampu memberikan pendidikan literasi dan numerasi yang baik.
Salah satu fungsi sekolah adalah mencerdaskan anak-anak bangsa melalui pentransferan ilmu oleh para tenaga pendidik.
Oleh karena itu, Asli menekankan pentingnya peran guru yang berkompeten dan ramah terhadap anak-anak untuk mentransfer ilmu dengan efektif.
Ketiga, adaptasi terhadap teknologi dan informasi menjadi kriteria lainnya.
Asli menyatakan bahwa teknologi tidak hanya menjadi pelajaran yang wajib, tetapi juga menjadi tantangan bagi para guru dalam mengajarkan anak-anak terkait filter terhadap informasi palsu (hoax).
“Teknologi dan informasi harus diadaptasi bagi anak-anak kita,” tegasnya.
Dengan fokus pada ketiga aspek tersebut, konsep sekolah unggulan tidak lagi hanya terkait dengan fisik bangunan dan kelas yang baik, melainkan dengan kemampuan sekolah membentuk generasi berkualitas.
Lingkungan yang mendukung perkembangan karakter, kompetensi guru yang baik, dan adaptasi terhadap teknologi menjadi poin utama.
Sekolah unggulan bukan hanya tempat belajar, melainkan pembentuk karakter anak-anak yang siap menghadapi tuntutan zaman.
Dengan demikian, paradigma baru ini diharapkan dapat mendorong perubahan positif dalam sistem pendidikan di Kota Samarinda. (*)