
SAMARINDA : Anggota Komisi II DPRD Kota Samarinda Sani Bin Husain memberikan tanggapannya terkait kabar yang sangat melukai hati masyarakat, yakni kasus korupsi Pertamina dengan mengoplos Ron 90 (pertalite) menjadi Ron 92 (pertamax).
“Ini saya kecewa betul, motor saya butut tapi selama ini minumnya pertamax karena ingin membantu pemerintah. Ini malah dibunguli (dibodohi) Pertamina. Sekalinya pertamax itu pertalite yang dioplos, jengkel betul saya. Perasaannya seperti diselingkuhi, sangat merugikan masyarakat,” ungkap Sani saat ditemui di ruangannya di Kantor DPRD Samarinda Jalan Basuki Rahmat Samarinda, Rabu, 26 Februari 2025.
Sebelumnya, Politisi PKS itu mengaku menanamkan tiga hal dari semua program mitra DPRD. Pertama, riset.
“Misal membangun talang banjir riset dulu. Undang akademisi, para ahli, jangan sampai sudah bangun ini itu lalu hujan sedikit masih banjir. Bangun tugu juga riset dulu kepalanya pesut tuh seperti apa, badannya, buntutnya. Jadi itu yang saya kritisi. Saya bukan komisi pembangunan tapi saya kritisi sebagai seorang akademisi,” tegasnya.
Kedua, ia mengatakan pemerintah jangan tebal muka. Ketika dikritik jangan merasa paling benar. Harus menerima semua kritik masyarakat dengan lapang dada dan introspeksi.
Ia mencontohkan saat beberapa waktu lalu Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan tidak menerima maraknya hashtag (tanda pagar) IndonesiaGelap dan justru mengatakan rakyat lah yang gelap.
“Seharusnya kan ditanya kenapa Indonesia gelap, lapangan kerja susah. Nah itu yang kita perbaiki, begitu menjawab kritik dengan memperbaiki diri,” tuturnya.
Terakhir, semua program jangan sampai merugikan masyarakat. Termasuk persoalan pertamax yang ternyata adalah pertalite yang dioplos tersebut.
“Mengubah penjualan eceran menjadi sub pangkalan silakan aja. Mau buka di mars kah, silakan asal jangan merugikan masyarakat. Apa-apa jangan merugikan masyarakat,” kritiknya seraya bercanda.