SAMARINDA: Kerja sama antara Universitas Terbuka (UT) dan Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kemenag) Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim), semakin erat dengan adanya perjanjian penyelenggaraan pendidikan tinggi di bidang Pendidikan Agama Islam (PAI).
Dalam sosialisasi program studi PAI, Wakil Rektor Bidang Akademik UT Muhammad Yunus mengungkapkan antusiasmenya terhadap kolaborasi ini.
“Sebetulnya, Kemenag sudah lama menginginkan UT memfasilitasi penyediaan pendidikan bagi para ustad, guru, dan santri yang ingin belajar Pendidikan Agama Islam,” ujar Yunus saat diwawancarai Tim MSI Group, di Hotel Bumi Senyiur Samarinda, Minggu (30/6/2024).
Dalam hal ini, pemerintah meminta UT untuk membantu pendidikan agama di berbagai pelosok, baik di kota maupun di daerah terpencil.
Dari lima tahun terakhir, upaya ini sudah berjalan, meskipun tidak mudah. Prodi Pendidikan Agama Islam sudah mulai diterapkan mulai dari 6 bulan yang lalu.
UT tidak hanya fokus pada program studi sarjana, tetapi juga berencana memperluas ke jenjang magister dan doktoral.
“Kami berusaha semaksimal mungkin untuk memfasilitasi semua program pendidikan, bukan hanya S1 tapi juga S2 dan S3. Insya Allah, nanti 2024 atau 2025 akan ada beberapa program studi baru yang akan dilengkapi di UT,” jelasnya.
Yunus menjelaskan bahwa pembukaan program studi didasarkan pada kebutuhan nyata di masyarakat dan dunia kerja.
“Pertimbangan utama dalam membuka program studi adalah agar lulusan dapat memenuhi kebutuhan pasar. Namun, sebagai akademisi, kita juga harus terus berkembang,” tegasnya.
Dengan perannya sebagai perguruan tinggi jarak jauh, UT memiliki tanggung jawab besar.
Saat ini, UT telah melayani 551 ribu mahasiswa dan pihak UT angka tersebut mencapai satu juta pada 2025.
Selain itu, Yunus juga meluruskan isu yang beredar di masyarakat mengenai mudahnya masuk UT tapi sulit untuk lulus.
Ia menegaskan, masuk UT sangat mudah karena tidak ada tes masuk, tetapi tidak mudah untuk lulus karena yang mudah lulus itu bagi yang bekerja keras untuk lulus.
“Bukan harus pintar tapi harus berusaha karena yang pintar itu belum tentu berhasil artinya yang berhasil itu harus gigih dan mau bekerja keras,” imbuhnya.
Kerja sama ini diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat Indonesia, baik di dalam negeri maupun di 52 negara lainnya yang sudah terkoneksi, dengan memanfaatkan UT sebagai wahana peningkatan kemampuan diri dan persiapan menyongsong masa depan. (*)