JAKARTA: Komunitas Discordia mengadakan kembali diskusi dengan tema “Green and Blue Energy: Big Push for the Future”, di Meat Compiler Cikajang, Jakarta Selatan, Selasa (9/1/2024).
Pembicara dalam diskusi tersebut Founder dan Chairman Discordia Khalid Zabidi, Founder dan President Commissioner VKTR dan Ketua Dewan Pertimbangan KADIN Anindya Bakrie, Peneliti Senior BRIN Zulkaida Akbar dan Executive Vice President PLN Aditya Syarief Darmasetiawan.
Khalid Zabidi dalam pembukaan diskusi menyebutkan bahwa acara ini dimaksudkan sebagai wadah berkumpulnya alumni-alumni muda ITB untuk menyampaikan gagasan dengan cara berbeda tentunya dengan cara baku pikir yang baru.
“Diskusi kali ini bertema transisi energi fosil menuju green and blue energy yang potensinya berlimpah di Indonesia, proses hilirisasi menjadi hal yang penting dan perlu diberi dorongan kuat untuk mewujudkan ketahanan dan keamanan energi Indonesia,” ungkap Khalid.
Lebih lanjut, Komisaris Pertamina Trans Kontinental, menjelaskan potensi melimpah energi hijau dan biru di Indonesia harus dimanfaatkan untuk mencapai peradaban.
Pertama menurut skala Kardashev yaitu teori yang dikeluarkan oleh astrofisikawan dan peneliti di Russian Space Research Institute pada tahun 1964 Nikolai Kardashev tentang peradaban dunia.
Berdasarkan produksi dan konsumsi dunia terhadap energi di mana pada saat ini manusia dengan momentum energi transisi dunia akan memasuki peradaban skala I dimana manusia akan mampu mengoptimalkan seluruh sumber energi yang ada di bumi.
“Peradaban tingkat I ini diramalkan Kardashev manusia akan mampu memanfaatkan segala sumber daya energi yang tersedia di bumi, misalnya memanen energi dari potensi vulkanik, gempa bumi dan gelombang laut atau tsunami,” papar alumni ITB yang juga aktivis mahasiswa 1998 itu.
Dalam diskusi Discordia dengan tema Blue dan Energy Big Push for The Future mengemukakan pandangan bahwa momentum transisi energi mesti dimanfaatkan oleh Indonesia.
Selain untuk menjaga ketahanan energi dalam negeri, dengan waktu bersamaan harus mendudukkan Indonesia menjadi negara yang bisa berperan penting bagi terjadi net zero emission.
“Dan saya menilai langkah pemerintahan Jokowi melakukan kebijakan hilirisasi merupakan langkah penting dan strategis Indonesia dalam momentum transisi energi menuju blue green economy yang dapat mewujudkan net zero emission sama dengan net zero poverty,” terang Khalid.
Khalid kemudian menjelaskan bahwa momentum energi transisi ini memosisikan Indonesia menjadi salah satu negara yang penting karena Indonesia memiliki kekayaan sumber alam.
Variasi sumber daya tersebut sangat dibutuhkan oleh teknologi-teknologi baru untuk menerapkan energi baru terbarukan sehingga memerlukan suatu kebijakan yang jelas namun tetap memerhatikan ecological integrity.
“Indonesia mesti mendapatkan keuntungan dalam kesempatan ini karena Indonesia sangat kaya dengan sumber daya alam yang bisa mendukung teknologi-teknologi baru dalam penerapan energi baru terbarukan sehingga perlu memagari dalam pemanfaatannya dengan ecological integrity,” tutup Khalid. (*)