SAMARINDA : Tingkat literasi dan inklusi keuangan di Kalimantan Timur (Kaltim) masih belum merata, sementara risiko penipuan terkait produk keuangan terus meningkat.
Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Kalimantan Timur, Bayuadi Hardiyanto, menjelaskan bahwa edukasi keuangan sangat penting agar masyarakat dapat memahami risiko, mengelola utang, serta menginvestasikan dana dengan bijak.
“Dengan pengetahuan yang memadai, individu dapat merencanakan keuangan pribadi sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan ekonomi mereka,” ujar Bayuadi, Sabtu (9/11/2024) Fugo Hotel Samarinda.
Berdasarkan data Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) oleh OJK dan BPS tahun 2024, indeks literasi keuangan nasional mencapai 65,43%, sedangkan inklusinya sebesar 75,02%.
Bayuadi menekankan bahwa masih terdapat ketimpangan literasi keuangan di Kalimantan Timur yang memerlukan perhatian dari berbagai pihak.
“Literasi keuangan di Kalimantan Timur perlu terus didorong,” kata Bayuadi.
Selain literasi keuangan, perlindungan konsumen juga menjadi isu penting, Bayuadi menyampaikan pentingnya perlindungan konsumen di tengah maraknya kasus penipuan dan praktik usaha yang merugikan konsumen.
“Kasus penipuan dan praktik usaha yang merugikan menunjukkan perlunya edukasi dan regulasi yang melindungi hak konsumen,” ungkap Bayuadi.
Bayuadi menekankan perlunya sinergi antara pemerintah, lembaga keuangan, dan masyarakat dalam menciptakan lingkungan keuangan yang inklusif.
BI berharap dapat meningkatkan pemahaman masyarakat terkait perkembangan keuangan inklusif dan strategi perlindungan konsumen, demi terciptanya masyarakat Kalimantan Timur yang lebih sejahtera dan aman dalam menggunakan layanan keuangan.(*)