Samarinda – Masa pandemi Covid-19 tidak menyurutkan Kepala Lembaga Pemasyarakatan (Kalapas) IIA Samarinda Moh Ilham Agung Setyawan untuk terus membina warga binaanya agar tetap produktif meningkatkan kreativitas dan inovasi.
Melalui berbagai program pelatihan keterampilan dapat membentuk karakter baru yang lebih baik bagi setiap warga binaan ketika masa tahanannya telah habis.
Dikatakannya bila kegiatan di Lapas II A bukan hanya sekadar pelatihan membentuk karakter, melainkan hiburan menyehatkan seperti olahraga voli, tenis meja, bulu tangkis dan juga futsal. Berbagai kegiatan itu setiap hari dilakukan oleh warga binaan.
Namun di tengah maraknya Covid-19, kegiatan pelatihan tidak berjalan seperti biasa dilakukan. Biasanya instruktur yang memimpin itu bisa datang lebih dari empat orang, tetapi sekarang instruktur yang dari luar hanya boleh datang dengan jumlah yang lebih sedikit yaitu satu.
“Pun yang bersangkutan wajib mengantongi surat antigen yang tertera tidak terindikasi Covid-19,” tegas Agung kepada awak media di Ruang Kalapas IIA Samarinda, Rabu (7/7/2021).
Dalam hal ini, instruktur yang dimaksud ialah seorang profesional yang dapat memimpin proses jalannya kegiatan. Seperti aerobik alias senam pagi. Dijelaskannya kembali jika Lapas di sini bukan membatasi program, melainkan karena situasi yang tidak memungkinkan untuk berkumpul dalam jumlah yang banyak karena memang saat ini harus tetap berusaha patuh kepada segala instruksi ataupun anjuran pemerintah.
“Ya seperti ini harus mengikuti protokol kesehatan (prokes),” ungkap Agung.
Apalagi saat ini sudah banyak kebijakan baru, seperti Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Oleh karena itu warga binaan dalam menjalankan senam pagi memang selayaknya dibatasi. Kalau sebelumnya yang sudah terjadwal bisa 2-3 blok, namun berbeda dengan sekarang.
“Tapi tetap, dari Senin sampai Sabtu itu ada kegiatan senam. Karena ini merupakan suatu upaya Lapas untuk meningkatkan imunitas di dalam tubuh warga binaan,” katanya.
Agung juga menuturkan kalau tahanan Lapas ini juga dibina oleh Balai Latihan Kerja (BLK) Samarinda. Tetapi hanya bisa diikuti maksimal 2 orang yang ikut pelatihan. Dituturkannya bahwa BLK juga rajin melatih keterampilan dari segi teknik. Contohnya mereka diajarkan tentang perbaikan AC dan Instalasi listrik yang tujuannya tidak lain yaitu supaya mereka juga memiliki seritifikat untuk dapat dipakai dalam mencari lapangan pekerjaan nanti setelah bebas.
Menurutnya, hal yang paling menarik dalam beberapa program pelatihan ini yaitu penataan rambut dan menjahit. Karena warga binaan tidak perlu bingung lagi dalam masalah potong rambut.
“Loh jangan salah, warga binaannya di sini banyak yang memiliki potensi. Sehingga kalau potong rambut ya tinggal di antara mereka aja sudah yang bergantian,” ujarnya.
“Hanya ada sesuatu yang masih membuat para warga binaan kurang nyaman, yaitu dipandang buruk ketika sudah bebas dari tahanan,” ungkap sedih Agung.
Padahal kalau program pembinaan itu sendiri berhasil keterampilan dari warga binaan akan terbentuk dengan baik. Sekalipun ada statemen seperti itu Lapas tidak terlalu menanggapi.
“Ambil positifnya saja. Karena semua tergantung pribadi masing-masing,” tutupnya.