JAKARTA: Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Purbaya Yudhi Sadewa, menegaskan bahwa generasi muda Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pelopor kemandirian finansial dan kontributor masa depan ekonomi nasional.
Pernyataan ini disampaikan saat membuka LPS Putih Abu-Abu Financial Festival 2025 di Sasana Kriya, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), yang dihadiri lebih dari 1.300 siswa SMA dari berbagai wilayah.
“Anak muda Indonesia cepat beradaptasi, terbuka terhadap teknologi, dan punya semangat belajar tinggi. Yang dibutuhkan sekarang adalah pembekalan soal bagaimana mengelola keuangan dengan benar sejak usia sekolah,” ujar Purbaya.
Dalam acara ini, LPS mengampanyekan kembali budaya menabung serta memberikan edukasi penting tentang pengelolaan keuangan pribadi sejak dini.
Purbaya menekankan, kebiasaan kecil seperti mencatat pengeluaran, menyisihkan uang jajan, hingga mengenali produk keuangan yang aman, akan membentuk perilaku finansial jangka panjang yang sehat.
“Kalau sejak SMA mereka sudah paham cara menabung, tahu pentingnya dana darurat, dan kenal risiko pinjaman, maka di usia 25 ke atas mereka bisa jauh lebih siap menghadapi realitas hidup,” tambahnya.
Purbaya juga menyoroti kebutuhan untuk meningkatkan pemahaman Gen Z tentang pasar modal dan investasi.
Meski hampir 50 persen investor pasar modal berasal dari kalangan muda, pemahaman dasar mereka masih terbatas.
“Hampir 50 persen di pasar modal itu dari anak-anak SMA (Gen Z) yang mereka haus investasi, tapi pembekalannya masih relatif kurang,” ujarnya.
Festival ini menjadi bagian dari strategi LPS untuk mendekatkan literasi keuangan secara menyenangkan dan relevan bagi pelajar, melalui perpaduan antara edukasi, seni, budaya, dan olahraga.
Kegiatan dikemas dalam format interaktif, meliputi talkshow edukatif, zona permainan keuangan, tantangan media sosial, hingga penampilan musisi seperti Pamungkas dan Hura-Hura Club.
Pembicara seperti praktisi literasi keuangan Ayu Sara Herlia dan influencer Putra Aji Sujati juga turut hadir memberikan materi yang aplikatif dan mudah dicerna oleh pelajar.
Tak hanya memberikan hiburan, festival ini juga mengedukasi siswa mengenai peran LPS dalam menjamin simpanan di bank hingga Rp2 miliar per nasabah per bank, fakta yang diakui banyak siswa baru mereka ketahui.
Meski data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan tingkat inklusi keuangan pelajar terus meningkat, kesenjangan antara inklusi dan literasi masih menjadi tantangan utama.
LPS berharap kegiatan semacam ini mampu mendorong pemahaman keuangan yang seimbang dengan semangat menata masa depan, menjadikan generasi muda tidak hanya cakap digital, tapi juga bijak finansial.
“Dengan literasi keuangan yang baik, saya yakin anak-anak muda ini bukan hanya mampu mengatur uangnya sendiri, tapi juga berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi Indonesia secara berkelanjutan,” tutup Purbaya.