JAKARTA: Akses bantuan pendanaan yang mudah dan bisa menjangkau masyarakat, dapat mendorong ekonomi rakyat, seperti penyaluran pembiayaan secara online atau digitalisasi financial.
Namun, kemudahan pinjaman yang disalurkan industri financial teknologi, selain mudah, masyarakat pun harus dilindungi agar tidak terjebak pada kegiatan pinjaman ilegal.
Berpulang pada kejadian yang marak, PT Pembiayaan Digital Indonesia (AdaKami), berkomitmen mengedepankan inklusi dan literasi keuangan, kepada masyarakat secara merata di seluruh Nusantara.
Dalam Media Gathering dan Journalis Award yang digelar AdaKami, Selasa (28/11/2023), Brand Manager AdaKami, Jonathan Kriss mengatakan, memitigasi penipuan pinjaman online yang marak penipuan belakangan ini, pihaknya intens melakukan edukasi.
Maksudnya kata Jonathan, AdaKami berkomitmen mendukung ekosistem keuangan yang inklusif.
Dimana setiap lapisan masyarakat memiliki kesempatan yang sama, untuk mengakses solusi keuangan yang terjangkau, dan berkelanjutan.
Ditambahkan, oleh karena itu AdaKami sebagai platform fiancial technology peer-to-peer (Fintech P2P) landing, terkemuka di Indonesia terus menjalankan komitmen berkelanjutan untuk membangun inklusi dan literasi keuangan di Indonesia.
Menjawab pertanyaan dijelaskan, hingga Selasa (28/11/2023) AdaKami berhasil menyalurkan dana Rp12,72 triliun, kepada 3,9 juta peminjam secara perorangan.
Selain itu sudah 26 kali melakukan edukasi, di seluruh Indonesia.
Mengingat lanjutnya, hingga kini pertumbuhan industri financial technologi, masih terjadi ketimpangan antara inklusi dan literasi keuangan.
Di mana inklusi 85,10 persen dan literasi 49,68 persen.
Ini menunjukan bahwa, tingkat pengguna lebih tinggi dari pemahaman masyarakat terhadap pinjaman online yang sangat marak ini.
Lebih jauh tentang pinjaman online dan penyimpangannya, diakui, perusahaannya juga sering menjadi korban penipuan.
Maksudnya, terdapat banyak kasus penipuan yang mengatasnamakan platform pinjaman online (pinjol).
“Sedikitnya hingga September 2023, ada sekitar 100 kasus penipuan yang mencatut website AdaKami,” jelas Jonathan.
Dia menambahkan, satu tren penipuan yang sedang marak yaitu penipu yang mengaku sebagai customer service (CS) AdaKami, dan menawarkan bantuan pembayaran cicilan.
Untuk itu ia mengingatkan masyarakat, berhati-hati terhadap bantuan AdaKami jemput bola, kemudian menawarkan pembayaran melalui virtual account di luar aplikasi.
Bahkan ada yang mengiming-iming nasabah dengan beragam hadiah ketika melakukan pembayaran diluar aplikasi. (*)