Samarinda– Tidak sedikit orang tua mengeluh ketika pemerintah memperpanjang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Karena PPKM diperpanjang, pembelajaran tatap muka pun urung dilaksanakan.
Sebelumnya Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah berjanji akan membuka PPKM secara bertahap pada 26 Juli. Namun Jokowi kemudian memutuskan memperpanjang PPKM Darurat hingga 2 Agustus 2021, dengan nama baru PPKM Level 4.
Beberapa poin khusus pada PPKM Level 4, di antaranya, pembelajaran masih akan daring, dan mal masih akan ditutup.
“Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar (sekolah, perguruan tinggi, akademi, tempat pendidikan/pelatihan dilakukan secara daring/online,” bunyi poin dari aturan tersebut.
Merespon situasi ini, dikutip dari CNBC Indonesia.com, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim mengatakan semua aturan pembelajaran tatap muka diatur dalam SKB (surat keputusan bersama) empat menteri dan mengedepankan kehati-hatian dan kesehatan semua insan pendidikan.
SKB tersebut menyatakan pada tahun ajaran baru 2021-2022 yakni Juli, sekolah diberikan opsi untuk melaksanakan PTM terbatas untuk menghindari dampak-dampak negatif berkelanjutan pada peserta didik.
“Pembelajaran akan berlangsung secara dinamis dan menyesuaikan risiko kesehatan yang berlangsung,” kata Nadiem, Minggu (24/7/2021).
Pelaksanaan PPKM Level 4 berlaku di DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, dan Bali.
Menurut Nadiem hanya di tujuh provinsi ini yang belum diperkenankan tatap muka.
“Satuan pendidikan di luar tujuh provinsi tersebut bisa memberikan opsi tatap muka terbatas sesuai SKB yang sudah ditentukan,” ungkapnya.
Nadiem mengatakan alasan sekolah tatap muka terbatas harus dibuka ialah karena lamanya melakukan pembelajaran jarak jauh (PJJ) memberikan dampak negatif pada anak.
Kondisi belajar tidak dinamis, kesepian, dan siswa mengalami depresi karena tidak bertemu dengan teman-teman dan gurunya. Juga permasalahan domestik mulai dari stres yang disebabkan terlalu banyak berinteraksi di rumah dan kurang keluar rumah.
“PJJ ini sudah terlalu lama dan kita tidak bisa tunggu lagi dan mengorbankan kesehatan dan mental dari murid-murid kita,” ungkapnya.