SAMARINDA: Mahalnya harga buku paket dan LKS (Lembar Kerja Siswa) bagi siswa-siswi sekolah dasar terus menjadi permasalahan utama di dunia pendidikan.
Orang tua murid di SD Samarinda, Kalimantan Timur (Kaltim) baru-baru ini mengeluhkan lonjakan harga buku yang semakin memberatkan setiap tahunnya.
YL (32) orang tua murid kelas 4 SD di Samarinda, menilai tidak masuk akal harga buku yang ditawarkan pihak sekolah.
“Sebanyak 16 buku paket-LKS dihargai total Rp903.000, angka yang sangat tidak wajar,” ujarnya dengan nada kecewa, Jumat (12/7/2024).
Daftar harga buku tersebut awalnya dikirimkan oleh wali kelas melalui grup paguyuban orang tua siswa. Harga buku mata pelajaran yang tercantum berkisar dari puluhan hingga ratusan ribu rupiah.
YL merasa keberatan dengan harga buku yang ditawarkan sekolah, namun tidak ada kejelasan mengenai jenis buku dan penerbitnya.
“Dari keterangan di daftar itu, kalau mau bisa langsung titip ke wali kelas,” tambahnya.
Keluhan YL ternyata bukan satu-satunya. Banyak orang tua siswa lain yang merasakan hal serupa, namun tidak berani menyuarakannya.
Pada saat YL mencoba menyuarakan keluhan tersebut, ada dugaan oknum yang tidak menyukai hal ini.
“Saya Ketua Paguyuban di grup tersebut, tapi saya dikeluarkan dari grup. Padahal saya ketua. Ada apa ini?” ungkapnya.
YL juga membandingkan dengan beberapa sekolah lain yang meminjamkan buku pelajaran kepada siswa karena mendapat bantuan dari dana BOS.
“Tiap tahun itu naik, satu bukunya itu Rp80 ribu. Sekarang sudah tembus Rp 100 ribuan. Ini kan lumayan naiknya,” keluhnya.
Meski ada alternatif untuk membeli buku di luar, tidak ada kejelasan mengenai buku apa yang harus dibeli.
“Seakan-akan tidak diwajibkan, tapi ujung-ujungnya harus beli,” tambahnya.
YL menyarankan agar pihak sekolah bisa mengupayakan mekanisme yang lebih meringankan beban orang tua siswa, terutama yang kurang mampu.
“Solusinya bisa dibuat mekanisme wajib buku paket saja, LKS tidak. Atau sebaliknya. Yang penting bisa diringankan,” usulnya.
Menanggapi keluhan tersebut, BY wali kelas di salah satu SD Samarinda, memberikan klarifikasi.
“Info buku paket dan LKS itu, saya hanya meneruskan dari penerbit. Tidak ada paksaan,” jelasnya.
BY juga menyatakan, bagi anak-anak yang tidak mempunyai buku, dipersilakan untuk bergabung dengan temannya yang memiliki buku. Beberapa guru bahkan turut membantu membeli buku bagi siswa yang kurang mampu.(*)