Samarinda – Melonjaknya angka kasus positif Covid-19 seperti tidak ada habisnya. Terkonfirmasi untuk di Kota Samarinda, pasien yang terindikasi positif mencapai 935 kasus. Tentu boleh jadi ranjang tempat dimana pasien terbaring pasti penuh.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kaltim dr Padilah Mante Runa mengakui bahwa ranjang rumah sakit di seluruh Indonesia termasuk Kaltim telah terisi penuh oleh penderita Covid-19, sehingga terjadi kurangnya kapasitas ranjang.
“Kalau di Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia (BPSDM) tempat karantina itu, sudah ada dua tenaga kesehatan yang terpapar,” sebut Padilah.
Menurutnya, menambah kapasitas ranjang bukan hal yang mudah. Seandainya saja ada rencana tersebut, maka akan berpengaruh juga untuk menambah tenaga kesehatan (nakes).
“Sedangkan saat ini, nakes pun jumlahnya terbatas. Jika ingin mendirikan tenda darurat pun tentu juga akan terhambat. Jika tetap dipaksakan, khawatirnya malah menelantarkan pasien lain,” ungkapnya.
Bahkan pernah ada kejadian nakes yang tumbang, saat Covid-19 sedang meningkat drastis pada bulan Maret lalu. Hampir sebulan lamanya, RS membuka perekrutan nakes, akan tetapi, karena banyaknya orang yang takut terpapar sehingga hanya sebanyak 18 orang yang mendaftar.
Sedangkan untuk spesifik di RSUD AW Sjahranie, memilih opsi yang paling memungkinkan, akibat penuhnya ranjang.
“Misalnya, ada pasien yang kondisinya sudah membaik, maka segera dipindahkan ke ruangan lain. Yang tadinya bukan untuk ruang Covid-19, bisa dibuka untuk pasien Covid-19,” tambah Padilah.
“Bisa-bisa lumpuh kita ini,” ujarnya.
Diterangkannya jika pihaknya juga telah mengarahkan agar pasien untuk dapat mencoba ke rumah sakit lain, tetapi mau diapakan, semua ranjang telah terisi penuh.
“Ranjang penuh semua. Seumpama kalau kita menambah tempat tidur, dan menambah tenaga, tetap penuh juga. Ini seperti banjir air bah, dan untuk mengatasi keterisian ranjang yang penuh itu diibaratkan seperti mematikan keran,” ujarnya melalui telpon seluler, Kamis (8/7/2021).
“Karena jangan sampai keran itu terbuka,” tegasnya.
Ia mengaku sangat setuju Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro diperketat. Menurutnya, hal ini dapat menekan angka kasus positif Covid-19.
Terlihat jelas ada begitu banyak pihak yang terdampak akibat dari penyakit mematikan ini. Mulai dari tidak dianjurkannya berjabat tangan hingga kurangnya kebebasan untuk menghirup udara tanpa menggunakan masker.
Dampak seperti ini pun sangat dirasakan bagi para nakes yang kesulitan untuk menghirup udara dengan penuh kebebasan karena harus menggunakan masker berlapis-lapis.
Disebutkannya juga bila untuk nakes di RSUD AW Sjahranie itu sudah hampir mencapai 30 orang yang terkonfirmasi Covid-19.