Samarinda – Wacana pembangunan terowongan di Gunung Manggah Kelurahan Selili menjadi perbincangan hangat di tengah masyarakat. Rencana ini merupakan salah satu buah pikir Wali Kota Samarinda Andi Harun untuk memecahkan persoalan macet di Kawasan Jalan Otto Iskandar Dinata (dulu Jalan Tenggiri).
Andi mengaku tersanjung ketika masyarakat mulai mendiskusikan ide pembangunan itu. “Karena itu jarang sekali terjadi,” ungkapnya di Hotel Horison Samarinda, Minggu malam (27/6/2021).
Dia juga berterimakasih kepada seluruh pelaksana karena sudah berkenan melangsungkan diskusi terkait program kerja Pemerintah Kota Samarinda.
Menurut ketua DPD Partai Gerindra Kaltim itu, diskusi soal terowongan yang akan dibangun sepanjang 510 meter merupakan tanda apresiasi masyarakat yang begitu tinggi terhadap rencana pemerintah.
“Diskusi malam ini sangat berkualitas karena ada dua perspektif bahkan lebih dari itu,” katanya.
Pertama perspektif menyangkut perencanaan dan politik serta dari sisi aspek sosialnya. Kemudian mengenai bagaimana aspek teknis yang akan digunakan. Forum ini banyak menghasilkan ide, pendapat, saran yang berkembang serta materi diskusi menjadi tambahan informasi bagi pemkot dalam merumuskan rencana pembangunan terowongan.
Tentu pembangunan ini membutuhkan Analisa. Hasilnya, pemkot mendapatkan beberapa jenis bebatuan yang ada di sekitar lokasi rencana pembangunan terowongan.
“Kami sudah menganalisa kawasan tersebut, ada batuan tamping yang berjenis bebatuan lunak. Dia bukan singel batuan, tidak hanya itu terdapat juga batuan lempung,” terangnya.
Dijelaskannya, batu lempung merupakan sedimen yang bersifat liat atau plastis, tersusun dari hidrous aluminium silikat (mineral lempung) yang ukuran butirannya halus. Ukuran butiran batu lempung sangatlah halus, yakni tidak lebih dari 0,002 milimeter.
Oleh karena itu analisa memang sangat dibutuhkan, karena pemkot tidak akan bisa menentukan metode pekerjaan eksekusi yang tepat.
Kata dia, selama final studi soal rencana pembangunan secara teknik baik, maka pembangunan terowongan ini akan terus dilanjutkan, karena tidak banyak opsi lain yang disampaikan.
“Hanya saja pemkot masih akan terus mencari opsi yang secara teknik memungkinkan atau diperbolehkan tetapi dalam aspek sosial dan keuangan juga memenuhi,” bebernya.
Selain itu juga perlu ditelaah aspek sosial supaya tidak menimbulkan masalah seperti pembebasan lahan. Karena kalau itu terjadi akan membutuhkan biaya yang tidak sedikit, sementara dari sisi aspek lainnya juga harus dilakukan analisa.
“Faktanya kita butuh solusi cepat untuk mengatasi kemacetan dan mengurangi potensi risiko kecelakaan yang terjadi di daerah tersebut. Itu sebabnya untuk saat ini pemkot baru mendapatkan satu opsi pembangunan terowongan,” terangnya.
Sebab dari sisi keuangan, pembangunan terowongan jauh lebih hemat, dari sisi sosial juga jauh lebih ringan. Sebab tidak membutuhkan pembebasan lahan yang cukup besar.
Kemungkinan kajian baru akan selesai Agustus tahun ini. Sementara pelaksanaan pembangunan fisiknya akan dimulai tahun 2022.
“Tapi kalau dari sisi teknis tidak memungkinkan, kita tidak bisa memaksakannya. Karena pemkot sangat mengutamakan keselamatan warga,” tutup AH.