
SAMARINDA: Upaya menghadirkan pendidikan hingga ke pelosok Kalimantan Timur terus diperkuat. Komisi IV DPRD Kaltim menyatakan dukungan terhadap terobosan program “guru keliling” yang digagas Dinas Pendidikan Provinsi Kaltim, menyusul keterbatasan regulasi dalam pendirian sekolah filial di wilayah 3T (Terdepan, Terluar, Tertinggal).
Sekretaris Komisi IV DPRD Kaltim, Darlis Pattalongi, mengungkapkan bahwa pendekatan konvensional untuk membuka unit sekolah baru masih menemui hambatan, terutama karena keterbatasan jumlah siswa di daerah terpencil.
“Namun kami tidak diperkenankan membuka sekolah filial atau seperti sekolah terbuka. Karena memang belum ada regulasinya,” ujar Darlis.
Ia menjelaskan, model sekolah filial yakni kelas jauh yang berada di bawah tanggung jawab sekolah induk sebenarnya efektif untuk menjawab tantangan geografis. Namun, ketentuan tentang jumlah minimal siswa sering kali menghalangi pembukaan sekolah tersebut di kawasan dengan populasi yang tersebar, seperti Kutai Barat, Mahakam Ulu, Kutai Kartanegara, dan Kutai Timur.
“Sekolah filial adalah sekolah kelas jauh yang menjadi bagian integral dari sekolah induk. Namun untuk mendirikan sekolah harus ada minimal jumlah siswa,” imbuhnya.
Melihat situasi ini, Dinas Pendidikan Provinsi Kaltim mulai menyiapkan strategi baru untuk tahun 2026 melalui program “guru keliling”, di mana guru akan dikirim langsung ke lokasi-lokasi yang belum memiliki fasilitas SMA. Pendekatan ini diharapkan dapat membawa pembelajaran ke tengah-tengah masyarakat yang selama ini terisolasi dari layanan pendidikan menengah.
“Satu-satunya jalan adalah guru yang mendatangi siswa. Jadi, mendatangkan guru untuk datang ke daerah tersebut,” jelas Darlis.
Guna menunjang pelaksanaan program tersebut, pemerintah provinsi juga akan menyediakan insentif khusus bagi para guru yang bersedia ditempatkan di wilayah 3T. Insentif itu mencakup tambahan tunjangan dan paket penghargaan, agar penugasan ke daerah terpencil menjadi lebih menarik dan manusiawi bagi para pendidik.
Program ini ditujukan untuk menjangkau ribuan siswa yang tinggal di daerah terpencil, dari perbukitan di pedalaman hingga kawasan pesisir yang selama ini belum memiliki akses terhadap pendidikan menengah. Harapannya, program guru keliling tidak hanya memberikan akses belajar, tapi juga menjamin kualitas dan keberlanjutan pendidikan bagi generasi muda di wilayah tersebut.
Darlis menekankan bahwa inisiatif ini merupakan hasil kerja sama strategis antara DPRD, Pemprov, dan Disdik Kaltim, sebagai langkah konkret dalam mengurangi kesenjangan pendidikan antara daerah perkotaan dan pedesaan.
“Program guru keliling dan insentif guru di 3T ini adalah kunci untuk memastikan tidak ada anak yang tertinggal karena geografis. Kami ingin setiap anak Kaltim punya akses pendidikan yang sama,” pungkasnya.