SAMARINDA : Mengamati hilal untuk menentukan awal Ramadan tidak bisa dilakukan secara sembarangan. Di Samarinda, metode yang digunakan ialah Rukyatul Hilal.
Dalam mengamati hilal ini, BMKG melakukan perhitungan untuk memberikan informasi kepada Kemenag Kaltim terkait apa-apa saja yang bisa dilakukan pada saat Rukyatul Hilal. Seperti berapa ketinggian hilalnya, berapa umur bulannya, berapa peta elongasinya.
“Nah, informasi-informasi ini nanti digunakan sebagai dasar untuk pengamatan. Jadi bukan asal diamatin. Kita arahkan dengan informasi-informasi terkait pengamatan Rukyatul Hilal,” ujar Kepala Stasiun Meteorologi Kelas III APT Pranoto BMKG Samarinda Riza Arian Noor.
Hal itu ia katakan saat Rukyatul Hilal Awal Ramadan 1446 H/2025 M yang diinisiasi Kanwil Kemenag Kaltim di Masjid Syah Mahmuddin, Five Premiere Hotel Jalan Bhayangkara Samarinda, Jumat 28 Februari 2025.
Ia mengungkapkan, ketinggian hilal di Samarinda secara hitungan ialah sekitar 3 derajat 52,59 menit dan elongasi sekitar 5,39 dengan posisi bulan di sebelah utara atas matahari.
Ia pun menceritakan proses atau kendala pengamatan hilal di Samarinda. Pertama, melihat hilal akan lebih mudah apabila langitnya cerah dan bersih. Kemudian ada objek-objek astronomis juga yang harus diperhatikan mengingat jarak antara bulan dengan objek astronomis kurang dari 10 derajat.
“Nah, jangan sampai salah-salah lihat. Karena mungkin kita tahu bentuk bulan seperti apa, kalau melengkung gitu awal bulan hidup. Tapi kalau di teropong bahaya lagi, seperti sasingut (kumis) terbalik biasanya. Nah, tentunya ini juga menjadi pengetahuan kita semua, menjadikan informasi kita semua,” terangnya.
Ia menyebut, ada cahaya di dekat matahari bukan berarti bulan hidup. Objek-objek yang mempengaruhi juga harus diperhatikan.
Kedua, pelaksanaan pengamatan pasti menggunakan alat berupa teropong. Pengamatan menggunakan teropong ini sangat dipengaruhi oleh tingkat kecerahan cuaca.
“Kalau objeknya ketutup awan, otomatis tidak bisa kelihatan. Apalagi pada saat kondisi hujan. Nah, inilah kendala-kendala hampir di seluruh objek kita. Walaupun ketinggian nilainya 6 derajat, 7 derajat, kalau ketutup awan juga gak bisa apa-apa kita,” jelasnya.
Untuk menengahi ini, biasanya akan dilakukan kesepakatan bersama.
“Selama ini pegangan kita kesepakatan Mabims. Nah, Mabims ini masuk kriteria Mabim pasti juga gak. Tadi disidangkan dulu. Secara keilmuan, pakar-pakar berdebat dulu di sana. Nah, kalau udah disepakatin, barulah ditetapkan kapan awal bulan Ramadannya,” pungkasnya.