Samarinda – Setiap daerah pasti memiliki ciri khas kerajinan tangan yang berbeda. Mulai dari pengrajin guci, sendal hingga pakaian.
Tidak terkecuali daerah yang terletak di Kota Samarinda tepatnya Kecamatan Samarinda Seberang RT 02 Provinsi Kalimantan Timur yang terkenal sebagai desa pengrajin sarung tenun.
Sumarni salah satu pengrajin di Kampung Tenun Samarinda mengatakan jika karya seni yang dihasilkan melalui teknik penggabungan benang secara memanjang dan melintang ini memiliki nilai jual yang cukup tinggi.
Menceritakan sedikit pengalamannya, wanita berumur 40 tahun yang berasal dari Sulawesi ini menuturkan kalau menenun sudah ia lakukan sejak sekolah dasar (SD). Kata dia, dulu menenun menggunakan alat godokan dan melantai berbeda dengan sekarang yang bisa sambil duduk di kursi.
Ia mengatakan jika proses menenun menggunakan alat zaman dulu terbilang lama, karena proses pengerjaan untuk menghasilkan satu buah sarung itu membutuhkan waktu sebulan lamanya.
“Kalau alat yang digunakan sekarang bisa menghasilkan sarung dengan waktu yang singkat. Satu sarung hanya dikerjakan selama dua hari,” sebutnya, Minggu (8/8/2021).
Diterangkannya jika sarung tenun yang ia buat memiliki dua jenis, ada nomor 1 dan nomor 2. Sarung tenun nomor 1 adalah jenis sarung yang tingkat kualitas bahannya lebih bagus jika dibandingkan dengan jenis sarung tenun nomor 2.
“Kalau sarung nomor 1 itu terbuat dari benang impor yang berasal dari China dan menghasilkan tenunan yang bagus dan lembut. Sedangkan sarung tenun nomor 2 dibuat dari benang lokal yang hasilnya jauh berbeda,” papar Sumarni.
Tentu harga tergantung kualitas barang. Untuk tenun nomor 1 Sumarni membanderol harga hingga Rp1 juta. Sedangkan tenun nomor 2 hanya di harga Rp200 ribu.
Ketua Kelompok Usaha Bersama (Kub) Wanita pengrajin tenun itu juga membeberkan jika pihaknya sering mendapat pesanan dari para istri ASN dan juga Pemerintah Kota Samarinda. Namun semenjak maraknya pandemi Covid-19, ia sudah jarang mendapat pesanan sarung tenun. Sumarni juga mengatakan jika saat ini pihaknya hanya menyuplai ke Kota Banjarmasin saja.
“Yah dulu alhamdulilah, pesanan bisa sampai ke Negeri Jiran Malaysia, tapi sekarang sepi peminat karena di masa pandemi jarang diadakan acara-acara sehingga tidak ada yang pesan kain untuk dijahit menjadi pakaian,” ungkap Sumarni.
Ia pun berharap agar Pemerintah Kota Samarinda dapat melirik karya seni tenun untuk dipasarkan karena memiliki nilai seni dan jual.