SAMARINDA : Nilai tukar rupiah terhadap Amerika Serikat (AS) yang melemah menjadi sorotan semua pihak. Hal ini tentu menandakan hal yang tidak baik.
Staf Khusus Kementerian Koordinator Perekonomian Gus Ipang Wahid mengungkapkan, pemerintah akan melakukan pendekatan dengan lobi kepada pihak AS untuk mencari titik temu yang paling pas.
“Karena kita pemerintah Pak Prabowo tidak akan reaktif, tidak akan menjadi seperti China dan Vietnam. Kita lihat duduk perkaranya seperti apa dan kira-kira apa yang bisa kita lakukan ke depan,” ujarnya di Samarinda, Senin, 7 April 2025.
Sebagaimana diketahui, di hari pertama kembalinya ke pasar spot setelah libur panjang Lebaran, kurs rupiah merosot. Berdasarkan update dari laman BI per Selasa, 8 April 2025, nilai 1 dollar adalah Rp17.066.
“Kita belum tahu seperti apa market, tapi pemerintah sudah mengeluarkan rilis dari Kemenko Perekonomian bahwa memang akan dilakukan langkah-langkah strategis,” ungkapnya.
Gus Ipang sendiri mengaku belum mengetahui akan bagaimana dampak melemahnya rupiah serta tarif Trump yang menetapkan tarif impor barang asal Indonesia sebesar 32 persen.
“Seperti yang disampaikan Pak Jusuf Kalla, tarif 32 persen itu tidak serta merta ke harga akhir. Tapi, ke harga barang impor, biaya masuknya,” tuturnya.
Setelah biaya masuk, lanjutnya, masih ada marketing, logistik dan lain-lainnya. Sehingga tidak serta merta kenaikannya 32 persen. Bisa jadi ujungnya antara 8-10 persen.
“Pertanyaannya apakah 8-10 persen itu yang akan menanggung adalah konsumen di Amerika atau sebagian adalah pengusaha di Amerika atau malah Indonesia. Nah itu yang masih kita cari tahu juga,” pungkasnya.