Samarinda – Kepala Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Kaltim Sa’duddin menyampaikan jika defisit atau selisih anggaran pendapatan dan belanja daerah tahun 2021 bukan di angka Rp 1 triliun, tapi hanya di kisaran Rp 700 miliar.
Menurutnya ini terjadi bukan karena penurunan transfer dana bagi hasil (DBH) dari pusat, namun memang pendapatan daerah yang tidak tercapai. Bahkan kemungkinan hal tersebut tidak bisa tercapai hingga penghujung tahun 2021.
“Jadi tidak sampai Rp 1 triliun. Sekitar Rp 700 miliar. Itu bukan apa, namun tidak tercapai, kemungkinan tidak tercapai Desember nanti,” kata Sa’duddin saat dikonfirmasi awak media di Sekretariat DPRD Kaltim, Senin (6/9/2021).
Kemudian jika melihat pengaruhnya ke anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) adalah dihitung dari apakah ada pengoreksian atau tidak.
Rapat membahas Rp 700 miliar ini tidak berpengaruh terhadap APBD. Jadi itu risiko dan dihubungkan dengan besaran dana belanja. Tapi biasanya belanja juga tidak tercapai sehingga bisa impas.
Di sisi lain ia mengakui jika ada penurunan pendapatan dari PAD akibat penerimaan yang memang rendah. Seperti ada yang tidak membayar pajak atau menundanya.
Dia juga membeberkan jika pengurangan anggaran belanja barang habis pakai dan perjalanan dinas yang cepat diberlakukan itu telah membantu menutup keseimbangan neraca keuangan Pemprov Kaltim.
“Makanya itu salah satu usaha supaya kebutuhan tetap bisa dipenuhi dengan memotong belanja yang mungkin bisa dikurangi. Jadi perjalanan dinas dan barang habis pakai kita kurangi,” ujarnya.
“Bahkan bukan hanya itu saja. Macam-macam ada silpa tahun kemarin sekitar Rp 300 miliar, terus kebutuhan kita sementara ini adalah untuk Covid itu Rp 200 miliar lebih, kemudian yang besar juga beasiswa nah itu juga kita koreksi,” urai Sa’duddin.
Dijelaskannya pula jika dana Covid diambil dari silpa tahun lalu.
“Anggaran Covid ditambah jadi SKPD-SKPD itu dipotong uangnya diambil untuk Covid. Jadi dari Rp 251 miliar meningkat jadi Rp 470 miliar. Bisa dikatakan naik sekitar Rp 220 miliar,” sebutnya.
Ditanyakan serapan anggaran dana BTT Covid yang senilai Rp 250 miliar, Sa’duddin ungkap jika sudah terserap dan dana saat ini tersisa Rp 50 miliar.
Dari Rp 50 miliar sisa dana BTT tersebut akan digunakan untuk disumbangkan ke anak yatim.
“Nanti juga Gubernur mau memberikan bantuan dana meninggal yang Rp 10 juta itu. Terus untuk yang yatim itu juga akan diberi Rp 2 juta. Diambil dari dana BTT,” tutup Sa’duddin.