SAMARINDA: Wakil Ketua Komisi II DPRD Kalimantan Timur (Kaltim), sekaligus Ketua Pengprov Federasi Kurash Indonesia (Ferkushi) Kaltim, Sapto Setyo Pramono, menilai Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Kurash 2025 yang digelar di Samarinda tidak sekadar ajang olahraga, melainkan juga sarana strategis untuk memperkenalkan Benua Etam ke tingkat nasional dan bahkan internasional.
Kejurnas Kurash berlangsung, pada Rabu, 18 Juni 2025 di GOR Kadrie Oening Sempaja, diikuti sekitar 187 atlet dari 20 provinsi.
Menurut Sapto, momen ini membawa efek berantai (multiplier effect) yang besar bagi daerah, baik dari sisi sumber daya manusia, pariwisata, maupun ekonomi lokal.
“Salah satu tujuannya tentu membawa multi efek player SDM. Di samping prestasi, Kejurnas ini jadi cara mengenalkan ke luar: Ini loh Kalimantan Timur,” ujar Sapto usai pelantikan pengurus Ferkushi Kaltim periode 2024–2028, Selasa, 17 Juni 2025.
Ia menilai bahwa kegiatan ini dapat membuka peluang lebih besar bagi Kaltim ke depannya, termasuk menjadi tuan rumah event berskala Asia.
Menurut Sapto, jika rencana ini terwujud pada 2027, maka Kalimantan Timur akan menjadi pusat perhatian 48 negara Asia.
“Ini bukan bicara nasional, tapi internasional. Bayangkan kalau kejuaran Kurash ASEAN digelar di sini, artinya efeknya ke mana-mana. Promosi budaya, ekonomi, dan pariwisata akan ikut terdongkrak,” ujapnya.
Sapto menambahkan, untuk mendukung hal tersebut, sinergitas lintas sektor harus diperkuat.
“Ini perlu disiapkan dengan matang bersama Forkopimda dan Pemprov,” tegasnya.
Tak hanya itu Politisi Partai Golkar ini mengusulkan agar pembinaan olahraga Kurash tidak hanya berhenti di level provinsi, tetapi juga menyentuh akar komunitas di kabupaten/kota.
“Saya akan galakkan open tournament hingga ke tingkat kecamatan. Kita buka ruang bagi semua beladiri, tapi nanti diatur teknis dan role-nya. Kurash ini jangan didominasi satu kelompok saja. Ini seni bela diri terbuka, dasarnya mirip judo, gulat, yongmoodo, tapi tekniknya khas,” jelasnya.
Sapto menekankan, strategi pembinaan olahraga yang terintegrasi dengan promosi daerah merupakan bentuk kontribusi konkret terhadap pengembangan ekonomi daerah.
Ia menyebut bahwa kegiatan olahraga seperti Kejurnas tidak bisa lagi dilihat hanya sebagai ajang pertandingan, tapi sebagai alat diplomasi dan aktivasi ekonomi lokal.
“Ini soal membawa nama besar Kalimantan Timur. Kita tidak boleh malu, justru harus siap. Kalau kita bicara Asia, berarti 48 negara akan memperhatikan kita. Ini peluang besar untuk Kaltim,” tutup Sapto.