JAKARTA : Selat Malaka dan Selat Singapura memiliki peran penting, sebagai jalur yang menghubungkan Samudera Hindia dan Laut China Selatan.
Kedua Selat ini merupakan jalur pelayaran yang sempit, namun padat lalu lintas.
Oleh karenanya, muncul kekhawatiran yang semakin besar terhadap keselamatan navigasi pelayaran, dan dampaknya terhadap lingkungan laut pada kedua selat ini.
Demikian Sekretaris Jenderal Kementerian Perhubungan, Novie Riyanto, saat membuka ASEAN Hydrographic Survey Workshop yang digelar di Hotel Shangri-La Jakarta Rabu (13/9/2023).
“Untuk mengatasi kekhawatiran ini, Negara-Negara Pantai yakni Indonesia, Malaysia dan Singapura, telah menjalin kerjasama,” katanya.
“Ini untuk meningkatkan keselamatan pelayaran, dan perlindungan lingkungan laut dari dampak negatif kegiatan pelayaran,” ungkapnya.
Workshop dihadiri Ambassador of the Mission of Japan to ASEAN, Deputy Secretary General for ASEAN Economic Community, ASEAN Secretariat, Negara Anggota ASEAN, serta organisasi Internasional dan stakeholder yang mempunyai kepentingan di Selat Malaka dan Selat Singapura.
Workshop ini, lanjut Novie, merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk melanjutkan pembahasan dalam rangka meningkatkan keselamatan pelayaran di Selat Malaka dan Selat Singapura.
Ia menjelaskan ASEAN Hydrographic Survey 2023 ini, merupakan proses akhir dari Memorandum of Understanding (MoU) antara Pemerintah Jepang dengan tiga Negara Pantai (Indonesia, Malaysia dan Singapura).
Mereka bekerjasama dalam melaksanakan survey hidrografi di sepanjang Traffic Separation Scheme (TSS) Selat Malaka dan Selat Singapura dengan biaya dari Pemerintah Jepang melalui Japan-ASEAN Integration Fund (JAIF) yang ditandatangani pada tahun 2017.
Lebih lanjut, Novie juga menjelaskan, focus utama dari workshop ini untuk mensosialisasikan Electronic Nautical Chart (peta bahari elektronik) versi terbaru Selat Malaka dan Selat Singapura.
Versi terbaru ini, menurutnya, dikembangkan oleh tiga Negara Pantai dan didukung oleh Jepang, memberikan informasi penting tentang perairan dalam, posisi bangkai kapal, terumbu karang, serta bebatuan di perairan.
“Informasi ini tentunya akan sangat bermanfaat bagi kapal-kapal yang berlayar melalui Selat Malaka dan Selat Singapura, serta tentunya berkontribusi terhadap keselamatan maritim,” tukasnya.
Senada dengan Novie, Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Perhubungan Laut, Capt. Antoni Arif Priadi, yang bertindak selaku Ketua Delegasi Indonesia pada Workshop dimaksud juga menekankan pentingnya Selat Malaka dan Selat Singapura sebagai salah satu jalur pelayaran paling strategis di dunia.
Menurut Capt. Antoni, volume lalu lintas, panjang dan karakteristik geografis dari kedua Selat tersebut terus menjadi tantangan bagi Negara Pantai, Indonesia, Malaysia dan Singapura.
Untuk memastikan, terselenggaranya keselamatan pelayaran dan perlindungan lingkungan di kedua Selat tersebut.
“Ketiga Negara Pantai bersama dengan Malacca Straits Council (Dewan Selat Malaka) Jepang memprakarsai proyek Survey Hidrografi Bersama untuk meningkatkan keselamatan pelayaran di wilayah tersebut,” terangnya.
Capt. Antoni menambahkan, bahwa data-data yang dikumpulkan dari survey yang dilakukan inilah yang digunakan untuk menghasilkan peta navigasi elektronik yang lebih terkini dan terperinci, yang diharapkan dapat meningkatkan keselamatan navigasi pelayaran dan memungkinkan perencanaan pelayaran yang lebih baik di Selat Malaka dan Selat Singapura.
Workshop ini sendiri, lanjut Capt. Antoni, merupakan tindak lanjut dari 3rd Extraordinary Session of the Implementation Committee Meeting (sidang komite bersama) yang digelar pada tanggal 26 – 27 April 2023 yang diselenggarakan oleh Malacca Straits Council di Singapura.
“Untuk itu, pada kesempatan ini saya sampaikan terima kasih kepada Pemerintah Jepang, juga kepada Malacca Strait Council, atas komitmen kuatnya dalam mendukung ketiga Negara Pantai meningkatkan keselamatan maritim di Selat Malaka dan Selat Singapura,” ucapnya.
Lebih lanjut, Capt. Antoni juga menyampaikan penghargaan yang tulus kepada Negara-negara Anggota ASEAN, untuk terus terlibat aktif dalam upaya menciptakan jalur pelayaran internasional yang aman, terjamin, dan terlindungi secara lingkungan di kawasan.
“Saya percaya bahwa semua masalah termasuk kekhawatiran bersama terkini di Selat Malaka dan Selat Singapura dapat diselesaikan dengan cara terbaik dengan memperkuat kerja sama dan kolaborasi kita, tidak hanya di antara Negara Pantai tetapi juga melalui dukungan nyata dari seluruh Negara Anggota ASEAN dan pengguna terkait lainnya,” tutup Capt. Antoni. (*)