SAMARINDA: Tanggal 2 Oktober 2023 adalah hari ke-276 tahun kabisat dalam kalender Gregorian. Tapi bukan itu pasalnya. Pada tanggal itu, Akmal Malik dilantik. Saat dilantik, jabatan Akmal, Direktur Jenderal Otonomi Daerah (Dirjen Otda) Kementerian Dalam Negeri.
Sampai sekarang. Dia mendapat tugas tambahan sebagai Penjabat (Pj) Gubernur Kalimantan Timur. Provinsi dengan penduduk 3,9 juta jiwa dan luas 127.267,52 km2. Akmal dilantik oleh Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian di Sasana Bhakti Praja, Gedung C Kementerian Dalam Negeri, Jalan Merdeka Utara, Jakarta Pusat.
Akmal Malik, lahir di Pulau Punjung, Sumatera Barat. Dia bukan orang Kalimantan Timur. Sudah pasti bukan putra daerah. Dia orang Minang. Tapi tunggu dulu. Presiden Joko Widodo pasti tidak mungkin menugaskan sembarang orang untuk membantunya. Apalagi di Kaltim. Ibu kota baru Indonesia.
Setelah dilantik, Akmal bergegas ke Kaltim. Ia mulai berkantor di Jalan Gajah Mada, Rabu 4 Oktober 2023. Atasannya, Menteri Tito Karnavian memberi ‘uraian’ tugas. Mulai penanganan stunting, kemiskinan ekstrem, pengendalian inflasi, pemilihan presiden dan pemilihan legislatif 2024 dan tentu saja dukungan penuh untuk pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN).
Akmal tampak sigap. Beberapa hari ia pelajari. Bertemu banyak pejabat, stafnya di daerah. Pun banyak mendengar masukan masyarakat dan para bupati serta wali kota yang datang memberi ucapan selamat bertugas. Termasuk mendengarkan suara-suara dari legislator Karang Paci.
Orkestrasi pembangunan yang sudah berjalan baik dari pemimpin Kaltim terdahulu akan dilanjutkan dan lebih dioptimalkan. Kaltim hanya butuh lebih fokus dengan dukungan data presisi, data yang lengkap dan akurat.
Tahap awal, data presisi disiapkan untuk 40 desa di Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) yang beririsan langsung dengan Ibu Kota Nusantara. Berikutnya 70 desa di Kabupaten Kutai Kartanegara, hingga 841 desa dan 197 kelurahan semua memiliki data presisi.
Ada yang menarik. Meski hanya bertugas sebagai gubernur transisi, Akmal ternyata punya kepedulian tinggi. Khususnya untuk urusan pangan. Menurutnya, Kaltim harus mandiri. Sebab potensinya sangat terbuka, lahannya masih luas.
Fokus pangan dimulai saat Pj Gubernur Akmal Malik bertemu Pangdam VI Mulawarman Mayjen TNI Tri Budi Utomo di Kodam VI Mulawarman, Rabu, 11 Oktober 2023.
“Saya belum pernah ketemu Pangdam yang punya visi ekonomi yang baik sekali. Tentang bagaimana transformasi pangan ke depan,” ucap Akmal kala itu.
Menurutnya, Kaltim harus punya konsep ketahanan pangan ke depan. Ketahanan negara, bukan hanya soal medan udara, laut dan darat, tetapi juga ketahanan pangan. Kolaborasi ini akhirnya benar-benar diwujudkan dengan kehadiran Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Maruli Simanjuntak untuk meresmikan kick off pembangunan sumber air pertanian di wilayah territorial Kodim 0906/KKR di Desa Sumber Sari, Kecamatan Loa Kulu pada Selasa, 20 Februari 2024.
Khusus program di Kutai Kartanegara (Kukar) ini akan teraliri sekitar 1.636,2 hektare lahan dari 66 kelompok tani. Program serupa juga akan dilakukan di kabupaten dan kota lainnya di Kaltim.
Sebelumnya, pada Senin, 23 Oktober 2023, Pj Gubernur Akmal Malik menyimak paparan Bupati Kutai Kartanegara Edi Damansyah. Edi berencana membangun lima kawasan lumbung pangan di Kukar. Masalahnya, anggaran kurang dan suplai air yang tidak memadai.
“Tapi saya melihat ada spirit dan ikhtiar teman-teman. Saya melihat ada langkah-langkah. Saya ingin setiap daerah menggagas langkah-langkah untuk mendorong pengembangan lumbung pangan ini,” seru Akmal.
“Kukar memiliki sumber air yang tidak pernah kering. Apa itu? Sungai Mahakam. Terpikir tidak, bagaimana mengalirkan air-air itu ke kawasan potensial pertanian dan persawahan,” tambahnya.
Sebab itu, perlu dilakukan pemetaan. Mulai ketinggian kontur tanah, lalu dari mana mulai titik mengalirkan airnya. Tentu dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah.
Selain itu, perlu dilakukan pemetaan melewati titik-titik mana saja, termasuk dukungan sosial masyarakat yang akan dilintasi jalur irigasi dari Sungai Mahakam itu. Karena terpenting lagi adalah efektivitas dan efisiensi.
“Pertanyaannya, dari titik mana itu akan dimulai. Sebab itu, perlu pemetaan yang baik. Berapa panjang saluran airnya dan berapa banyak pompa dibutuhkan untuk mendukung itu. Sehingga nanti saat akan membangun saluran, sekali pukul semua akan terlewati,” kata Akmal yang pada tahun 1993 pernah mengikuti Latsitarda di Kecamatan Loa Kulu. Daerah yang menurutnya juga dekat dengan tepian Sungai Mahakam.
Lima rencana kawasan pengembangan lumbung pangan di Kukar itu adalah Sebulu, Muara Kaman, Tenggarong Seberang, Loa Kulu dan Marangkayu. Total luas rencana pengembangannya adalah 8.000 hektare.
Potensi pengembangan pangan lain juga akan dilakukan di Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) dan Paser. Pasalnya, di Paser dan PPU, tidak sedikit lahan persawahan yang saat ini justru tidak bisa dimanfaatkan lagi untuk menanam padi.
Di Babulu, Penajam Paser Utara misalnya. Terdapat sekitar 1.700 hektare lahan sawah yang sekarang tidak bisa ditanami padi, karena ketiadaan air. Demikian pula di Longkali, Paser, sekitar 1.400 hektare areal persawahan yang sekarang sudah tidak bisa lagi ditanami padi karena kesulitan air.
Sabtu, 18 November 2023 Pj Gubernur Akmal Malik pun sudah mengunjungi rencana lokasi pembangunan Bendungan Telake di Kecamatan Longkali, Paser. Bendungan ini ke depan diharapkan bisa menjadi sumber air untuk areal persawahan eksisting dan yang sudah mati akibat ketiadaan air di Paser dan PPU.
KEKUATAN FISKAL
Akmal juga menyoroti Indeks Ketahanan Pangan (IKP). Memang, pada periode 2021-2023 IKP Kaltim sudah mencapai angka 79,29. Angka itu masih berada di atas rata-rata nasional, yaitu 71. Namun kata dia, angka ini tidak akan menjamin tingkat ketahanan Kaltim di masa depan.
Apa sebab? Karena angka itu tidak sepenuhnya menunjukkan kemandirian pangan Kaltim. Ketersediaan pangan Kaltim sebagian besar masih harus disuplai dari Sulawesi dan Jawa.
“Pangan kita masih lebih banyak ditunjang oleh penyediaan dari daerah lain,” kata Akmal Malik saat bincang santai bersama para wartawan.
Dari tahun ke tahun, produksi pangan Kaltim terus mengalami penurunan. Kaltim harus menutup kekurangan penyediaan pangan itu dari daerah lain. Tahun 2019 produksi beras Kaltim masih mencapai 146.878 ton dan tahun 2023 produksinya terus menurun menjadi 125.230 ton. Rasio kecukupan beras pada tahun 2019 mencapai 43,85% dan tahun 2023 turun menjadi 36,86%.
Akmal mengingatkan, saat ini Kaltim memang tak mengalami banyak kendala untuk penyediaan pangan dari luar daerah itu. Sebabnya, Kaltim masih memiliki dukungan fiskal yang kuat. Dalam perspektif jangka panjang kondisi ini tidak sehat bagi Kaltim.
Memang tidak ada satu pun daerah di dunia yang dapat memenuhi seluruh kebutuhannya sendiri.
“Karena itu perlu kerja sama dengan daerah lain. Tapi dalam jangka panjang kita perlu membudayakan semangat bertani. Kalau kita abai, ini tidak baik untuk masa depan,” tegasnya lagi.
Pertanyaan selanjutnya kata Akmal, seberapa lama kekuatan fiskal Kaltim itu mampu menahan. Sebab itu, Kaltim harus bisa menyiapkan produksi pangannya sendiri, terutama padi dan beras.
“Di dunia ini, ada dua bisnis yang tidak akan pernah mundur. Yaitu energi dan pangan. Ini perlu dicatat. Orang bisa hidup tanpa listrik, tapi tidak tanpa nasi,” selorohnya.
“Apa kita bisa terus menjaga pasar? Ingat, ketersediaan itu tergantung uang. Maka tidak ada salahnya kita membangun budaya bertani. Pilihannya ya bertani modern,” sambung Akmal.
Akmal meyakini, fiskal besar itu memang bisa melenakan. “Kita harus antisipasi kemungkinan terburuk,” pesan Akmal.
“Fiskal besar itu harus bisa didorong untuk membangun insfratruktur pertanian, seperti embung, bendungan dan lainnya,” paparnya.
Sebagian petani lebih memilih mengalihfungsikan lahan pertanian mereka menjadi perkebunan kelapa sawit karena dinilai lebih prospektif ketimbang menanam padi dengan tingkat kesulitan air yang lebih tinggi dan gagal panen.
“Saya berharap para petani terus semangat untuk bertani. Karena, lahan ada dan sumber air banyak dari Sungai Mahakam. Di perubahan 2024 kita juga akan anggarkan pompanisasi. Intinya, air harus kita bantu siapkan,” yakin Akmal.
Hingga saat ini, kekuatan fiskal Kaltim masih ditopang oleh batu bara, minyak, gas bumi dan kelapa sawit. Padahal semua itu, pada waktunya akan terus berkurang dan habis.
“Kaltim punya potensi lain. Apa itu? Pangan. Orang tidak makan batu bara, sampai kapan pun orang itu makan nasi dari beras. Potensi itu kita punya. Permasalahannya, kita tidak memiliki suplai air yang memadai,”terangnya.
“Itu yang perlahan akan kita penuhi. Mudah-mudahan ini bisa dilanjutkan pemimpin Kaltim selanjutnya,” sambungnya.
Selain beras, Akmal juga menggalakkan green house. Semangatnya, agar untuk sayur mayur masyarakat Kaltim juga tidak selalu bergantung Sulawesi dan Jawa. Ini juga diyakini efektif untuk menekan laju angka inflasi.
Pj Gubernur Akmal Malik memang tidak bertugas untuk waktu lima tahun, tapi dari apa yang bisa dia kerjakan hari ini, dia berharap bisa mewariskan dampak besar bagi kemandirian pangan Kaltim masa depan. Terima kasih Uda Akmal yang telah memberikan kontribusi luar biasa untuk Benua Etam, Kalimantan Timur.