Samarinda – Strategi penanganan banjir di Kota Tepian menjadi perhatian khusus Wali Kota Samarinda Andi Harun. Penanganan banjir di titik-titik tertentu akan diselesaikan dalam jangka pendek, menengah dan panjang.
Hal ini terungkap dalam rapat evaluasi Pemerintah Kota Samarinda untuk membaca peta titik rentan banjir dan potensi bahaya longsor yang diadakan di Balai Kota Samarinda, Rabu (7/7/2021).
Terdapat 31 titik banjir dan 9 titik potensi longsor berhasil dipetakan.
“Dari 31 titik banjir tersebut, ada yang merupakan titik baru, salah satunya di Jalan Jakarta,” ungkap Andi Harun.
Untuk penanggulangan jangka pendek di titik banjir yang baru akan langsung dilakukan pengangkatan sedimentasi di saluran air atau drainase.
“Usaha menormalkan drainase bersifat jangka pendek,” ungkap Andi Harun.
Tidak hanya wacana jangka pendek namun dia juga melakukan evaluasi jangka menengah dengan melakukan koordinasi bersama Dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang dan Perumahan Rakyat (PUPR dan Pera) Provinsi Kalimantan Timur dan Balai Wilayah Sungai (BWS).
Sementara polder untuk menampung curah hujan yang tinggi di Jalan Jakarta, Andi berharap BWS bisa membangunnya.
Krosing atau sodetan pun menjadi sebuah opsi untuk mengalirkan air ke arah Sungai Mahakam. Untuk biaya besar ini, dia juga berharap dukungan provinsi.
Andi melihat keberhasilan Kota Surabaya di Jawa Timur dalam penanganan banjir.
“Surabaya median jalannya dibuka karena kalau pakai pinggiran akan membutuhkan biaya pembebasan lahan,” ungkap Andi.
Rencana Andi dalam pengelolaan banjir ini memanfaatkan median jalan yang akan dibuka, dan difungsikan langsung ke arah Sungai Mahakam.
“Jadi tidak banyak belokan dan langsung ke Sungai Mahakam,” sebutnya.
Setelah dibuka nantinya, akan kembali ditutup. Tentunya dengan melakukan pengerasan sehingga dapat dilalui oleh kendaraan K350 dan K300 seperti mobil molen mengangkut muatan semen berton-ton.
“Kami juga akan mengaspal kembali, sehingga bisa berfungsi kembali sebagai jalur lalu-lintas,” tutupnya.