SAMARINDA : Teras Samarinda Kalimantan Timur (Kaltim) yang berlokasi di sepanjang Jalan Gajah Mada, Kelurahan Pasar Pagi, Kecamatan Samarinda Kota, telah dibuka untuk umum sejak Jumat (6/9/2024).
Tak ingin melewatkan kesempatan, warga Samarinda memadati setiap sudut Teras.
Ada yang sekadar duduk dan menikmati pesona Sungai Mahakam, jalan santai sambil berbincang, berolahraga dengan berlari atau bersepeda.
Tak sedikit yang membuat Teras Samarinda menjadi spot foto estetik untuk menghiasi media sosial mereka.
Terpantau di waktu pagi bersamaan dengan dilaksanakannya Pawai Taaruf dalam rangka menyambut Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) Nasional ke-XXX Tahun 2024 di Provinsi Kaltim, pengunjung Teras Samarinda tumpah ruah.
Tidak hanya warga Samarinda, masyarakat yang juga berasal dari berbagai penjuru nusantara saat pawai, ikut merasakan pesona Teras Samarinda.
Hampir sulit menemukan spot kosong akibat sesaknya pengunjung.
Salah satu pengunjung, Atul (30) yang berasal Jakarta Selatan dan tinggal sementara di Samarinda ini mengatakan, suasana Teras Samarinda nampak asing dan bukan seperti Samarinda itu sendiri.
Kagum akan wajah Tepian Mahakam yang baru, Atul yang datang bersama teman kerjanya memang berniat menjajaki Teras Samarinda sembari berolahraga ringan sambil menikmati akhir pekannya.
Ditanya soal Teras, Atul untuk mengaku sangat puas berkunjung kala itu. Taman yang sederhana, panggung dengan tangga menurun, toilet yang bersih, Atul mengungkapkan akan sering datang.
“Apik sih. Di sini enak untuk olahraga dan pastinya nongkrong santai bisa banget,” katanya, Sabtu (8/9/2024).
Tetapi bagi Atul, ada beberapa hal yang kurang. Misalnya, ada beberapa pengunjung yang nekat menginjak taman dan membuat rerumputan yang harusnya hijau, malah menjadi coklat karena rusak.
Menurutnya, di tempat sebagus itu memerlukan adanya berbagai rambu atau tanda larangan, misal saja larangan menginjak taman, dan dilarang membuang sampah sembarang.
Juga, Atul menyarankan untuk menambahkan bak sampah. Melihat kebiasaan masyarakat yang masih doyan buang sampah sembarangan, maka perlu penambahan jumlah tempat pembuangan sampah.
“Taman itu bukannya hijau malah jadi coklat, harusnya ada rambu ‘dilarang injak taman’ dan ini perlu nambah tong sampah juga,” sarannya.
Ditanya soal pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang belum tersedia, Atul menjawab setuju.
Baginya tak ada UMKM, tak jadi soal. Sebab, kebiasaannya yang suka jajan, hanya akan merubah niat baik olahraganya menjadi wisata kuliner.
Belum lagi ditakutkan, banyaknya penjual bisa menambah jumlah sampah.
“Karena suka jajan, nanti malah jadi wisata kuliner. Baiknya emang tidak usah saja,” ujarnya.
Terkait parkir, Atul mengatakan sempat kesulitan karena tidak melihat rambu di sekitar eks SPBU di Jalan Gajah Mada, yang menjadi lokasi parkir.
Dirasa agak jauh, tapi dia tak mempermasalahkan. Terpenting, asal tidak ada juru parkir liar yang memalak jasa parkir, dia setuju saja.
“Gak masalah, asal gak ada jukir saja, bayar di sana kan ke Dishub,” tutupnya. (*)