
Samarinda – Tingginya lonjakan angka pasien positif Covid-19 dalam beberapa waktu terakhir memaksa pemerintah menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Delapan daerah di Kaltim bahkan sudah ditetapkan dalam PPKM Level 4 hingga 2 Agustus mendatang.
“Saya selaku Anggota DPRD Provinsi Kaltim, pertama mengapresiasi kebijakan para kepala daerah yang hari ini kemudian melakukan pembatasan-pembatasan,” ungkap Nidya Listiyono, Anggota DPRD Kaltim dari Fraksi Partai Golkar, Jumat (30/07/2021).
Lanjut Tio, pemerintah harus memberikan fokus terhadap keluhan masyarakat terkait pelayanan kesehatan di beberapa rumah sakit. Sebab menurutnya, jumlah infrastruktur di beberapa rumah sakit sangat terbatas dibandingkan dengan jumlah pasien Covid-19 yang angkanya masih membludak. Hal ini harus segera diantisipasi.
“Saya setuju dengan kebijakan Wali Kota Balikpapan dan Wali Kota Samarinda yang memaksa dan mewajibkan para kepala rumah sakit untuk menambah fasilitas kesehatan untuk penanganan pasien Covid,” aku Tio.
Apalagi, dalam beberapa pekan ini oksigen yang sangat diperlukan pasien Covid-19 seringkali kosong di pasaran, baik di rumah sakit maupun di toko-toko alat kesehatan. Jika adapun harganya dibandrol sangat tinggi.
Tio berharap kepada seluruh kepala daerah untuk terus menjalin komunikasi dan sinergi dengan para distributor agar ketersediaan oksigen di Kalimantan Timur terpenuhi.
Pertolongan pertama yang dapat dilakukan ialah menyediakan oksigen sambil menunggu rumah sakit menyediakan ruang isolasi maupun perawatan. Selain itu juga diperlukan panggilan darurat yang disiapkan juga harus cepat memberi respon.
“Ini juga harus disikapi,” tegas Tio.
Hal lain yang juga disinggung Tio adalah aksi PMI dan sejumlah relawan turun tangan untuk membantu proses pemakaman, mulai dari proses pemandian sampai dengan pemakaman. Ia juga meminta kepada pemerintah daerah (kabupaten/kota dan provinsi) benar-benar memperhatikan kesejahteraan para tenaga-tenaga medis.
Anggota Komisi II DPRD Kaltim itu juga mengatakan bahwa Covid merupakan wabah internasional, sehingga apabila seseorang meninggal karena Covid-19, itu bukan aib, melainkan musibah.
Dia juga mengajak masyarakat untuk tidak mengucilkan para korban dan keluarga korban, termasuk anak-anak yang ditinggalkan orang tua karena terpapar Covid. Bersama pemerintah masyarakat harus bahu-membahu melawan Covid-19 ini.
“Ini memang berat karena Covid-19 penyakit yang tidak dapat dilihat. Tetapi kita harus tetap hidup dan kita harus tetap berusaha dengan meningkatkan imun dan memiliki pola pikir yang sehat dan juga hati yang diisi dengan iman,” pesannya.
Saat ini kata Tio, bukan waktu untuk saling menyalahkan, karena itu justru akan semakin memperburuk keadaan.