KUKAR: Tugu Khatulistiwa Santan Ulu, juga dikenal sebagai Tugu Equator adalah sebuah monumen yang menandai garis imajiner khatulistiwa.
Tugu ini terletak di atas bukit yang tidak jauh dari pinggir jalan raya Bontang-Samarinda KM25, di Desa Santan Ulu, Kecamatan Marang Kayu, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim).
Monumen ini dibangun sebagai hasil Karya Bakti Latsitarda (Latihan Integrasi Taruna Wreda Nusantara) pada 2 Juli 1993 dan diresmikan Panglima ABRI Jendral TNI Feisal Tanjung.
Setelah diresmikan, tempat ini kurang mendapatkan perhatian dari masyarakat maupun pemerintah. Namun, pada tahun 2010, tugu ini direnovasi dengan dana dari pihak swasta (PT Kaltim Methanol Industri) dan Kodim 0908/BTG, sehingga kini menjadi lebih terawat dan menarik untuk dikunjungi.
Garis Khatulistiwa atau garis 0 derajat memisahkan belahan bumi utara (Northern Hemisphere) dan belahan bumi selatan (Southern Hemisphere).
Tidak hanya di bumi, garis ini juga digunakan untuk mendefinisikan planet lain.
Di Indonesia, garis khatulistiwa melintasi beberapa pulau seperti Pulau Batu dan Lingga di Sumatera, Pulau Kalimantan, Sulawesi, Kepulauan Halmahera, dan Pulau Gebe di Papua.
Namun, hanya beberapa tempat yang menandai garis tersebut dengan landmark, dan Tugu Khatulistiwa di Kecamatan Santan Ulu adalah salah satunya.
Bangunan utama Tugu Khatulistiwa Santan Ulu berbentuk segi delapan, dengan setiap sisi memiliki pintu. Tugu ini berdiri di atas lahan seluas 2 hektar dan memiliki tinggi sekitar 30 meter.
Pada puncak bangunan, terdapat dua cincin yang bergabung membentuk bola dunia.
Di tengahnya terdapat arah mata angin yang menunjukkan posisi presisi lokasi ini berdasarkan garis bumi: 0° 00′ 00” dan 117° 21′ 47” Bujur Timur.
Di sekitar tugu, digambarkan peta bumi dengan garis khatulistiwa berwarna merah, yang mempertegas posisi garis tengah bumi.
Garis merah ini dapat dilihat di tempat parkir dan di jalan raya yang menghubungkan Samarinda dan Bontang.
Selain itu, di bawah tugu terdapat tanda yang menunjukkan jarak ke kota-kota besar di dunia, seperti Jakarta, Singapura, bahkan Washington. Prasasti peresmian juga dapat ditemukan di bagian bawah bangunan ini.
Dari atas tugu, pengunjung dapat menikmati pemandangan hijau pepohonan yang luas dan jalan poros Bontang-Samarinda yang terlihat berkelok naik turun. Bahkan, tangki-tangki PT Badak pun terlihat dari kejauhan.
Tak hanya itu, Desa Santan Ulu menawarkan fenomena unik yang dikenal sebagai “hari tanpa bayangan”.
Fenomena ini terjadi ketika matahari berada di titik zenith atau titik kulminasi, dimana matahari berada tepat di atas kepala sehingga tidak ada bayangan yang terbentuk.
Fenomena ini terjadi dua kali setahun, yaitu pada tanggal 21-23 Maret dan 21-24 September. Meski tidak berdampak signifikan, hari tanpa bayangan menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan dan ilmuwan.
Tugu Khatulistiwa Santan Ulu tidak hanya menjadi penanda geografis yang penting, tetapi juga menjadi salah satu destinasi wisata unik di Kalimantan Timur. Monumen ini memberikan kesempatan bagi pengunjung untuk merasakan sensasi berada di garis tengah bumi sambil menikmati pemandangan alam yang indah.
Untuk jarak tempuh dari kota Bontang sekitar 40 KM, sementara dari Bandara APT Pranoto Samarinda sekitar 66 KM. Lokasinya memiliki area parkir yang luas dengan biaya parkir kendaraan sebesar Rp5.000 saja.
Meskipun belum banyak pengunjung, tugu ini menawarkan pemandangan hijau pepohonan yang luas dan jalan poros Bontang-Samarinda yang berkelok naik turun, memberikan sensasi tersendiri bagi pengunjung.
Bagi para penikmat fotografi, landmark ini juga menawarkan latar belakang yang ikonik dan berkesan.
Apabila ingin berkunjung ke Tugu Santan Ulu ini jangan lupa untuk mengabadikan setiap momen yang tercipta bersama dengan teman atau kerabat.
Terutama di depan bangunan Tugu Khatulistiwa yang menjadi salah satu spot paling menarik saat pertama kali mata memandang.(*)